Wapres Gibran Dapat Kritikan Keras atas Sikap saat Pembukaan MTQ Korpri Nasional di Palangka Raya
Wakil Presiden Gibran Rakabuming kembali menjadi sorotan publik setelah menghadiri pembukaan MTQ Korpri Nasional di Palangka Raya pada 4 November 2024.
Acara tersebut berlangsung di Halaman Kantor Gubernur Kalimantan Tengah.
Namun, kehadirannya tanpa memberikan sambutan memicu reaksi dari berbagai kalangan.
Banyak yang menilai bahwa momen tersebut seharusnya menjadi kesempatan bagi Gibran untuk menyampaikan sepatah dua patah kata sebagai pemimpin.
Dalam acara itu, Gibran terlihat memukul katambung, alat musik tabuh khas Dayak, sebagai tanda pembukaan.
Ketiadaan sambutan dari Wapres Gibran membuat sejumlah warganet merasa bahwa kehadirannya terasa kosong dan kurang mengesankan.
Akun X @duren__ mengungkapkan kekesalan dengan satu kata: "KOSONG!"
Komentar lain datang dari akun @sekarlangit585 yang menulis, “Membuka tapi tak beri sambutan? Seperti gunting pita, tepuk tangan, dan langsung pergi begitu saja.”
Akun @ayamsegar3 menambahkan sindiran, “Tong kosong nyaring bunyinya… plastik booooo, kena panas, meleleh.”
Sementara itu, @ratnapuspi14962 menyampaikan keheranannya, “Aku baru tahu ada pembukaan yang tanpa sambutan sepatah kata pun dari pejabat publik.”
Kritik lainnya juga muncul dari akun @3angel, yang berpendapat bahwa tindakan tersebut hanya sebatas seremonial, dengan komentar, “Otak kosong, kerjanya cuma kontrol proyek, bagi-bagi susu, gunting pita, pukul gong.”
Respon warganet lainnya, seperti @santo52194, menyoroti Gibran yang dianggap kurang ekspresif dalam acara tersebut, dengan komentar, “Mau ngomong apa… orang planga-plongo begitu…”
Akun X @Simbok_Dharmi juga menyampaikan rasa kecewa sebagai bagian dari Nahdliyin, menilai bahwa momen pembukaan MTQ merupakan kesempatan penting bagi seorang pemimpin untuk memberikan sambutan yang berarti sebagai penghormatan kepada umat Islam.
Ia mempertanyakan bagaimana seharusnya masyarakat memanggil Wapres Gibran sebagai “Gus,” gelar kehormatan dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU), jika tindakannya dinilai kurang mencerminkan kepemimpinan yang menghormati acara keagamaan.
Reaksi negatif juga terlihat dari akun lain, seperti @pamatri23 yang berkomentar tentang dinamika organisasi pemuda NU, termasuk Ansor dan Banser.
Akun @Dargomb33306384 menyindir Gibran dengan menyebutnya “fakta dia dungu natural.”
Beberapa akun lain juga menyampaikan kekecewaan mereka.
@CeciliaSuwanda1 membandingkan Gibran dengan anggota DPR lainnya, menyebut Gibran kurang menunjukkan kualitas yang diharapkan dari seorang pemimpin.
Akun @WAHYU_UNIFORM mengaitkan tindakan seremonial dan pemberian bingkisan yang dilakukan Gibran sebagai upaya memperkuat citra politik uang.
Kritikan tajam lainnya datang dari @amartawilaga, yang menilai bahwa keterpilihan dalam pemilihan umum sering kali didasarkan pada popularitas daripada prestasi.
Hal ini dikhawatirkan berbahaya bagi kualitas kepemimpinan, dengan sindiran bahwa "nyoblos karena keterkenalan" adalah mekanisme yang tidak sehat.
Sebagian warganet juga berharap agar Presiden Prabowo memperhatikan situasi ini dan mempertimbangkan masa depan politik Gibran, terutama terkait persiapan kepemimpinan nasional pada 2029.
Kritik yang dilontarkan menggambarkan kekecewaan sejumlah pihak terhadap gaya kepemimpinan Wapres Gibran yang dinilai terfokus pada pencitraan, ketimbang penyampaian pesan substansif di momen-momen yang memiliki makna keagamaan dan kebangsaan bagi masyarakat luas.(*)