Wamenaker Immanuel Ebenezer Bongkar Oknum Pemeras di Balik Pailitnya Sritex
Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, mengungkap adanya praktik yang melibatkan sejumlah oknum yang disebutnya ‘bedebah’ dan pemeras terkait kasus pailitnya perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang pada Senin, 21 Oktober 2024.
“Orang-orang seperti ini tak pantas berada di Sritex, ini bedebah ya.. Saya sebut bedebah saja. Saya tidak mau mengatakan bajingan,” ujar Immanuel Ebenezer saat menjadi narasumber di Podcast Akbar Faizal Uncensored yang tayang di YouTube pada Jumat malam, 1 November 2024.
Immanuel, yang juga dikenal dengan sapaan Noel, secara blak-blakan memberi informasi tentang adanya oknum dan permasalahan yang melilit Sritex kepada Akbar Faizal, pengasuh podcast, serta Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta.
Noel menceritakan bahwa dirinya mendapat panggilan dari Presiden Prabowo Subianto setelah putusan pailit Sritex ditetapkan lewat perkara dengan nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.
Tidak hanya dirinya, Prabowo juga memanggil Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Tenaga Kerja Yassierli, dan Menteri BUMN Erick Thohir untuk mencari solusi mitigasi bagi Sritex.
“Diperintahkan untuk mencari skema terbaik dalam penyelesaian kasus Sritex ini, upaya mitigasi diupayakan,” ujarnya.
Putusan pailit dijatuhkan ke PT Sritex terkait permohonan PT Indo Bharat Rayon, sebagai kreditor yang mengajukan pembatalan perdamaian lantaran Sritex dinilai lalai dalam memenuhi kewajiban pembayaran. PT Indo Bharat Rayon merupakan lini usaha yang terafiliasi dengan konglomerasi bisnis asal India, Aditya Birla Group, yang telah beroperasi sejak 1980.
Noel menekankan bahwa dirinya akan fokus pada isu perburuhan sesuai dengan domainnya di Kementerian, meskipun dalam pertemuan dengan Prabowo juga ada arahan untuk skema penyelamatan keuangan Sritex.
“Fokus saya adalah meyakinkan agar buruh tidak terkena PHK. Itulah yang menjadi perhatian saya,” tegasnya.
Noel mengaku prihatin dengan kasus yang membelit Sritex dan menyatakan kemungkinan masih ada perusahaan tekstil lain yang bisa mengalami nasib serupa.
“Kita harus pahami, Sritex ini kasus yang membuat kita prihatin. Sebenarnya, masih ada Sritex-Sritex yang lain,” ungkapnya.
Dalam diskusi dengan manajemen dan pihak-pihak terkait Sritex, Noel menemukan bahwa perusahaan yang berdiri selama 58 tahun ini memiliki ratusan kreditor. Yang dianggap aneh oleh Noel adalah fakta bahwa hanya PT Indo Bharat Rayon yang mengajukan gugatan, meskipun permintaan termin untuk memperpanjang pembayaran sudah ada antara debitur dan Sritex.
“Kenapa yang menggugat hanya satu, lalu setelah digugat langsung dipailitkan? Bagaimana dengan kreditor lainnya?” tanya Noel.
Menurutnya, dari sekian banyak kreditor di PT Sritex, yang menggugat hanya memiliki nol koma sekian persen saham dan jumlah utang yang belum dibayar sekitar Rp100 miliar. Selain itu, kesepakatan bersama antara kedua pihak masih berjalan.
Noel menuding adanya permainan kotor di balik semua ini.
“Orientasinya adalah pemerasan, dan budaya pemerasan itu terjadi bertahun-tahun di Sritex, perusahaan yang menjadi wajah tekstil Indonesia,” ungkapnya.
Sebagai kader Partai Gerindra, Noel menegaskan bahwa ada oknum yang melakukan pemerasan di perusahaan yang berdiri di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ini.
“Tidak lama lagi ada sesuatu yang luar biasa,” ujarnya.
Noel berharap agar para oknum tersebut segera ditangkap. Ia menilai bahwa jika industri tekstil dikelola oleh individu yang berperilaku seperti ‘bedebah’, maka bisnis tersebut tidak akan maju.
Menurutnya, oknum tersebut hanya mengejar keuntungan pribadi tanpa memperhatikan dampak besar yang bisa menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran dan menambah angka kemiskinan.
“Para bedebah ini tidak memahami bahwa demi cuan, mereka mengorbankan puluhan ribu buruh yang keluarganya juga terkena dampak. Kita memperkirakan 200 ribu angka kemiskinan bisa tumbuh dalam sehari jika Sritex dihancurkan,” jelasnya.
Noel yakin bahwa permainan dan aksi pemerasan ini terjadi 100 persen. Bahkan, ia berani mempertaruhkan jabatannya di Kementerian.
“Ini analisis saya, dan saya yakin 100 persen. Saya bisa mempertanggungjawabkan jabatan saya, silakan pecat saya jika saya salah,” ujarnya.
Ia juga menyatakan bahwa praktik semacam ini sudah berlangsung selama puluhan tahun. Namun, pemerintahan Prabowo dengan tegas berkomitmen untuk memberantas oknum semacam ini.
“Budaya ini sudah puluhan tahun. Kebetulan saat ini, pemerintahan Prabowo-Gibran menegaskan bahwa jangan coba-coba bermain-main di pemerintahan ini,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua APSyFI, Redma Gita Wirawasta, menjelaskan alasan di balik PT Indo Bharat Rayon mempailitkan Sritex. Redma menyatakan bahwa seluruh perusahaan dalam asosiasi APSyFI mengalami kesulitan cashflow, termasuk PT Indo Bharat Rayon.
“Apakah Indo Bharat Rayon sangat kesulitan cashflow sehingga menekan Sritex untuk membayar? Saya tidak tahu pasti, tapi industri tekstil memang sama-sama kesulitan cashflow,” jelasnya.(*)