Said Didu: Jangan Pilih Calon yang Didukung Jokowi pada Pilkada 2024
Di tengah memanasnya atmosfer politik menuju Pilkada Serentak 2024, aktivis sekaligus mantan pejabat negara Muhammad Said Didu mengeluarkan pernyataan kontroversial yang menarik perhatian publik.
Melalui media sosial, Said Didu menyerukan kepada masyarakat agar tidak memilih calon kepala daerah yang mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, para calon yang didukung oleh Presiden tersebut rentan menjadi perpanjangan tangan kekuatan oligarki.
Pernyataan ini dipublikasikan Said Didu melalui akun X pribadinya yang dengan cepat mendapatkan tanggapan dari masyarakat luas.
Dalam unggahannya, Said Didu menulis dengan nada tegas, "PENGUMUMAN. Agar Indonesia tidak dikuasai oleh OLIGARKI, maka JANGAN PILIH cagub/cabup/cawalikota yg didukung JOKO WIDODO pada Pilkada 2024."
Said Didu menambahkan bahwa calon kepala daerah yang didukung oleh Presiden dan "gengnya" dikhawatirkan akan menjadi alat oligarki.
"Karena patut diduga jika calon yg didukung JOKO WIDODO dan Gengnya menang, maka akan jadi alat OLIGARKI utk gusur dan ambil tanah rakyat," tulisnya dalam unggahan tersebut.
Seruan Said Didu muncul di saat beberapa kandidat kepala daerah datang ke kediaman Jokowi di Solo untuk mencari dukungan.
Calon-calon ini datang dengan harapan mendapatkan restu dari sosok Presiden yang memiliki pengaruh besar di panggung politik nasional.
Beberapa nama yang hadir di antaranya pasangan calon Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen, calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil, calon Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, dan calon Wakil Gubernur Jambi Letjen (Purn) Sudirman.
Selain itu, beberapa kandidat bupati dan wali kota juga tampak hadir di Solo untuk mencari dukungan, seperti pasangan Abdul Ghofur dan Firosya Shalati dari Lamongan, Jawa Timur; H.M. Al Khadziq dan Bimo Alugoro dari Temanggung, Jawa Tengah; serta Respati Ardi dan Astrid Widayani yang mencalonkan diri di Pilkada Solo.
Seruan Said Didu memicu berbagai reaksi dari masyarakat. Sebagian mendukung imbauannya sebagai langkah untuk menjaga demokrasi dari pengaruh oligarki, sementara sebagian lain mempertanyakan relevansi dari pandangan tersebut.
"Terimakasih telah mengingatkan," balas akun @HAh***.
"Narasi lu nggak masuk Mbah, padahal Jokowi lebih berkuasa saat jadi presiden 10 tahun, jika Jokowi mau ya jadilah tuh oligarki, nggak perlu nunggu pilkada sekarang," tulis akun @Say***.
Tidak sedikit yang menganggap bahwa dukungan dari seorang Presiden bukanlah masalah selama kandidat yang didukung memiliki integritas dan komitmen untuk membangun daerahnya dengan baik.
"Narasi bombastis dan provokatif. Padahal siapa itu tanpa atau dan dengan dukungan Jokowi terpulang pada integritasnya ketika terpilih dan memimpin suatu daerah. Kok seolah-olah semua yang didukung Jokowi itu jahat?!" timpal akun @enk***.
Demikianlah imbauan Said Didu mengenai calon-calon yang mendapat dukungan dari mantan Presiden Jokowi dalam kontestasi Pilkada 2024.(*)