Kasus kontroversial terkait disertasi Bahlil Lahadalia kini menjadi sorotan publik yang semakin memanas. Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), sebuah LSM yang dikenal kritis terhadap praktik eksploitasi tambang, melayangkan protes keras karena nama mereka dicantumkan sebagai informan utama dalam disertasi Bahlil tanpa sepengetahuan mereka.
Pengamat politik dan intelektual, Rocky Gerung, mengungkapkan keprihatinannya atas tindakan ini yang dinilai sangat merusak integritas akademik. Menurut Rocky Gerung, JATAM menegaskan bahwa mereka tidak pernah diwawancarai oleh Bahlil untuk keperluan disertasinya.
Rocky Gerung menilai bahwa dugaan manipulasi metodologi dalam riset Bahlil ini menjadi bukti semakin merosotnya standar akademik di Universitas Indonesia (UI). "Ini sudah makin ancur. Jika metodologi riset seperti ini dibiarkan, kita bisa bilang UI bukan lagi universitas yang berkomitmen pada kualitas penelitian," tegas Rocky Gerung.
Rocky juga mengkritik keras kualitas riset yang digunakan dalam disertasi Bahlil. Menurutnya, integritas metodologi adalah hal yang tidak bisa ditawar dalam dunia akademis. "Ini bukan hanya soal revisi, tapi soal standar etika dan moral akademis. Kalau metodologi sudah dipertanyakan, bagaimana kita bisa mempercayai hasilnya?" tambahnya.
Ia menganggap bahwa kasus ini adalah bentuk manipulasi data dan pelanggaran terhadap kode etik penelitian yang harus segera ditanggapi serius oleh pihak universitas. Rocky Gerung juga berpendapat bahwa UI harus lebih transparan dalam menangani kasus ini. "Bukan soal revisi, tapi soal apakah ada pemalsuan metodologi, apakah riset itu benar-benar valid dan tidak terkontaminasi kepentingan politik," ujar Rocky.
Ia mengingatkan bahwa UI memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga integritas akademik dan tidak hanya terfokus pada penyelesaian administrasi yang cepat. "Jika ini tidak ditangani dengan serius, UI bisa kehilangan kredibilitas sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berkelas dunia," lanjutnya.
Kasus ini juga membuka kembali isu mengenai standar akademik di perguruan tinggi Indonesia. Rocky Gerung menekankan pentingnya evaluasi ketat terhadap setiap riset dan disertasi yang diajukan. Ia khawatir jika kasus ini dibiarkan, akan menciptakan preseden buruk di dunia akademik Indonesia, di mana penelitian hanya dilihat sebagai formalitas semata.
"Plagiarisme dan manipulasi data dalam penelitian adalah bentuk korupsi intelektual. Itu adalah korupsi yang jauh lebih berbahaya karena mencuri pengetahuan yang seharusnya digunakan untuk kemajuan bangsa," kata Rocky Gerung. Rocky berharap UI dapat menunjukkan keberanian untuk menegakkan etika akademik dengan tegas.
"Ini bukan hanya soal Bahlil atau disertasinya, tetapi tentang bagaimana kita menjaga integritas sistem pendidikan di Indonesia," tutupnya.