Program Makan Siang Gratis Didanai China, Dokter Tifa: Negara Utang untuk Makan ke Rentenir
Pegiat media sosial Dokter Tifa mengkritik keras kerjasama Indonesia dengan China terkait pendanaan program makan siang gratis. Program ini sebelumnya merupakan janji kampanye Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Baru-baru ini, Prabowo melakukan sejumlah kunjungan ke luar negeri, yang salah satunya menghasilkan perjanjian pendanaan program makan siang gratis dari China. Namun, kabar ini tidak disambut baik oleh sebagian besar publik, termasuk oleh netizen yang merasa kecewa.
Dokter Tifa, melalui akun X miliknya, menyatakan kekecewaannya, mengatakan bahwa Indonesia kini terlihat sangat miskin hingga harus berutang untuk memberikan makan kepada warganya. “Seperti Indonesia miskin banget sampai mau kasih makan anak, ngutang tetangga dulu. Padahal ini bukan tetangga biasa, tapi rentenir,” tulisnya pada Selasa (12/11).
Unggahan tersebut mendapat beragam tanggapan dari netizen. Beberapa mengkritik kebijakan tersebut, menyebutkan bahwa meskipun makanan diberikan secara gratis, negara tetap akan menanggung utang yang harus dilunasi di masa depan. “Itu mah bukan makan gratis, tapi makan ngutang. Sebab, anak-anak yang pada makan juga ikut menanggung utang itu. Kasihan. Na'udzubillah,” ujar @HAhmadsahlan.
Sementara itu, netizen lainnya juga menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan tersebut. “Ngutang cuma karena program maksain. @prabowo terlalu naif soal gretongan makan padahal lebih baik untuk dana sekolah gratis. Gak pernah mau belajar dari ketololan @jokowi selama 10 tahun,” sebut @el4n9bint4n9.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh @satriyotutuko, yang mengingatkan potensi konsekuensi dari pinjaman tersebut. "Makan siang gratis ternyata duitnya pinjam rentenir. Ya sama aja bo'ong. Nanti kalau gak bisa ngembaliin, pulau dijual, si rentenir bebas bikin koloni di tanah milik rakyat, lama-lama the end Indonesia di 2030 seperti kata Prabowo dulu (tahun 2019)," katanya.
Banyak netizen lainnya yang turut merespons dengan pesimisme, menyatakan bahwa program makan siang gratis akan membebani rakyat dalam bentuk pajak yang lebih tinggi untuk membayar utang tersebut. “Lebih baik tolak aja makan siang gratis, semua ini pasti akan dibebankan sama rakyat untuk pertanggungjawaban, karena pajak pasti dinaikkan untuk bayar utang,” tulis @ArisRahmansyah3.
Kritik terhadap kebijakan ini terus bergulir, mencerminkan ketidakpuasan sebagian kalangan terkait pembiayaan program sosial yang melibatkan utang luar negeri.(*)