Kata PSI: Fufufafa Isu Politik Yang Tidak Laku!

 

Ketua Biro Kaderisasi PSI Bali Sindir Isu Politik "Fufufafa"

Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali, Dedy Nur, mengkritik sejumlah wacana politik yang ia istilahkan sebagai "Fufufafa."

Menurut Dedy, istilah ini merupakan sindiran terhadap isu-isu politik yang kosong, tanpa arah, dan tidak relevan bagi kepentingan masyarakat luas.

“Fufufafa adalah istilah sindiran untuk wacana politik yang kosong, tanpa arah jelas. Ini masih menjadi ‘gorengan’ pihak-pihak yang belum bisa move on,” ujar Dedy melalui unggahannya di platform X, Minggu (18/11/2024).

Ia menjelaskan bahwa Fufufafa mencerminkan isu yang berputar di lingkaran elite, namun gagal menyentuh kebutuhan masyarakat.

Dedy menyebut, wacana perpanjangan masa jabatan presiden hingga tiga periode dan serangan personal yang tak memberikan solusi sebagai contoh isu Fufufafa.

“Entah itu berupa wacana tiga periode yang berkali-kali tenggelam, atau serangan personal tanpa menawarkan solusi apapun,” tambahnya.

Dedy juga menyoroti semakin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menilai isu politik.

“Masyarakat sudah lelah dengan retorika tanpa substansi. Rakyat kini lebih kritis dan menginginkan solusi konkret atas masalah yang mereka hadapi,” tegasnya.

Ia menilai bahwa isu politik tanpa esensi tidak lagi menarik perhatian publik. Sebaliknya, masyarakat lebih fokus pada narasi yang menghadirkan dampak nyata.

“Pada akhirnya, politik tanpa esensi hanyalah kebisingan yang berlalu tanpa arti,” tandas Dedy.

Menariknya, Dedy turut menyinggung nama Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming, yang sempat dituding terkait isu Fufufafa.

Ia menilai Gibran justru tampil bersemangat dalam mendekati rakyat secara langsung dan berusaha mencari solusi praktis untuk persoalan yang kompleks.

“Gibran yang dituding sebagai bagian dari Fufufafa justru membuktikan sebaliknya. Ia hadir langsung di tengah masyarakat dan menawarkan solusi konkret,” tutup Dedy.(*)

Baca Juga