Ketua Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Gatot Nurmantyo, menyampaikan rasa syukur atas berakhirnya masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Di sini, saya ingin mengajak kita semua bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan Yang Maha Esa, karena akhirnya Jokowi bisa digantikan,” ungkap Gatot dalam pernyataannya yang disampaikan melalui kanal YouTube Refly Harun.
Menurut Gatot, kepemimpinan Jokowi meninggalkan berbagai masalah yang kini menjadi tantangan besar bagi pemerintahan baru.
“Presiden kedelapan kita ini menerima warisan yang luar biasa dari pemerintahan sebelumnya,” ujarnya.
Salah satu isu utama yang disorot Gatot adalah peningkatan kasus korupsi selama periode Jokowi, baik dari segi jumlah maupun skala. Ia menilai bahwa pejabat tinggi kerap kali membiarkan praktik korupsi yang dilakukan oleh bawahan mereka, sehingga tindakan ini merusak sistem pemerintahan.
“Di masa Presiden Jokowi, korupsi meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, dan banyak pembiaran oleh pejabat-pejabat tinggi terhadap korupsi bawahan mereka, yang dianggap sebagai bahan untuk penyelamatan. Kita semua sudah tahu hal itu,” ungkap Gatot.
Gatot juga menyoroti ketidakseimbangan dalam perekonomian nasional, terutama terkait harga beras yang 20% lebih tinggi dari harga internasional. Menurutnya, hal ini menjadi indikator ketidakstabilan ekonomi yang mengkhawatirkan.
Selain itu, ia mencatat tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di tengah penurunan daya beli masyarakat, yang ditandai oleh deflasi selama lima bulan berturut-turut. Kondisi deflasi ini, menurut Gatot, menunjukkan lemahnya perekonomian nasional, di mana masyarakat mengalami keterbatasan dana, hingga perusahaan terpaksa menurunkan harga barang untuk menghindari kerugian.
Masalah pengangguran juga menjadi perhatian utama Gatot. Ia menyoroti tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda Indonesia yang mencapai 9,89%, di mana sebagian besar berasal dari kelompok kelas menengah.
Gatot menekankan pentingnya kelompok kelas menengah sebagai indikator kestabilan negara. Penurunan status ekonomi mereka menjadi pertanda buruk, mengingat kelompok ini seringkali tidak tercatat sebagai penerima bantuan pemerintah akibat status sosial yang tidak diperbarui.
Di tengah situasi ini, Gatot juga menyampaikan peringatan dari Bank Dunia yang menggarisbawahi ancaman resesi yang menghantui Indonesia. Tekanan ekonomi yang dirasakan masyarakat semakin berat, dengan minimnya lapangan kerja dan meningkatnya beban pajak, yang menambah kompleksitas masalah yang kini menjadi tugas pemerintahan baru.
Gatot berharap agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah efektif untuk memperbaiki kondisi ini. Ia menyadari bahwa tantangan yang dihadapi pemerintahan baru tidaklah ringan, mengingat kondisi yang diwarisi dari pemerintahan sebelumnya.(*)