Dengan Donald Trump kembali ke Gedung Putih, Amerika Serikat dan dunia menghadapi gelombang kebijakan baru yang berani dan kontroversial. Presiden terpilih ini telah berjanji akan melakukan perubahan besar dalam bidang imigrasi, perdagangan, hak reproduksi, kebijakan lingkungan, hingga program keberagaman.
Operasi Deportasi Terbesar dalam Sejarah
Salah satu janji paling mengejutkan Trump adalah rencana operasi deportasi massal terbesar dalam sejarah. Trump berniat mengusir imigran ilegal dengan langkah-langkah agresif, termasuk mendirikan kamp-kamp penahanan besar dan merekrut ribuan agen baru perbatasan. Dia bahkan berencana menggunakan Undang-Undang Alien Enemies 1798 untuk mendeportasi anggota geng tanpa proses pengadilan. Namun, para ahli hukum memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa menghadapi tantangan besar di pengadilan, sehingga mewujudkan rencana ini tidak akan mudah.
Tsunami Tarif yang Mengancam Perdagangan Dunia
Di bidang perdagangan, Trump merencanakan "tsunami tarif" dengan memberlakukan tarif besar-besaran, mencapai 10-20 persen untuk semua impor senilai lebih dari 2 triliun dolar AS, serta tarif hingga 60 persen untuk barang dari China. Meski kebijakan ini bertujuan mendorong produksi dalam negeri, banyak pihak khawatir dampaknya justru akan merugikan konsumen Amerika. Rencana ini juga berisiko memicu balasan dari negara-negara mitra dagang seperti Uni Eropa dan Meksiko, yang dapat mengguncang stabilitas ekonomi global.
Kebijakan Kesehatan yang Dipertanyakan
Trump juga mengusulkan perubahan besar di sektor kesehatan. Meskipun mengklaim mendukung akses IVF dan membiarkan perusahaan asuransi membayar layanan tersebut, dia juga menggandeng Robert F. Kennedy Jr., seorang skeptis vaksin yang berencana "membersihkan racun" dari makanan dan menghapus fluoridasi air. Pandangan-pandangan Kennedy di bidang kesehatan kerap menuai kontroversi, termasuk tuduhan bahwa vaksin menyebabkan autisme, meski telah dibantah secara ilmiah.
Drill, Baby, Drill: Bahan Bakar Fosil Jadi Prioritas
Dalam kebijakan lingkungan, Trump tetap mempertahankan posisinya yang menyangkal perubahan iklim. Ia ingin mempercepat eksplorasi minyak dan gas, bahkan di wilayah sensitif seperti Cagar Margasatwa Nasional Arktik. Trump juga berjanji akan menarik Amerika dari Kesepakatan Iklim Paris dan membatalkan peraturan kendaraan ramah lingkungan yang diterapkan selama pemerintahan Joe Biden. Dengan fokus pada bahan bakar fosil, langkah Trump ini bisa berdampak panjang pada upaya global dalam memerangi krisis iklim.
Perang terhadap Keberagaman
Trump juga bertekad menghapus program keberagaman di sektor pendidikan AS. Ia ingin menjadikan "tradisi Amerika dan peradaban Barat" sebagai inti kurikulum sekolah, bahkan merencanakan penutupan Departemen Pendidikan federal dan menyerahkan kendali penuh kepada negara bagian. Kebijakan ini berpotensi menimbulkan perdebatan luas, terutama terkait masa depan pendidikan yang inklusif dan multikultural.
Diktator Sehari: Investigasi Lawan, Lindungi Sekutu
Dalam misinya kali ini, Trump juga mengisyaratkan akan menggunakan aparat hukum untuk menargetkan lawan politik dan melindungi sekutu. Ia bahkan bercanda ingin menjadi "diktator sehari", meski dinyatakan sebagai lelucon, ucapan ini memicu kekhawatiran terkait visinya yang semakin otoriter.
Sementara sebagian besar janji Trump ini masih memerlukan kejelasan lebih lanjut, yang pasti, masa jabatan keduanya berpotensi membawa perubahan besar yang akan terus menjadi sorotan dunia.(*)