Usai menetapkan Tom Lembong sebagai tersangka atas kebijakan impor gula saat menjabat sebagai menteri, banyak postingan di media sosial yang menyoroti hal tersebut.
Hal yang menarik dan menjadi sorotan netizen adalah pernyataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof Jimly Asshiddiqie. Dia mengaku mengapresiasi Kejaksaan Agung setelah kasus tersebut diumumkan.
"Kita mesti mengapresiasi tinggi kepada Kejaksaan Agung yang semakin menampilkan kesungguhan dalam upaya pemberantasan korupsi dan penegakan hukum yang berkeadilan. Selamat untuk pak jaksa agung beserta pengajar yang semoga terus tampil berkualitas dan berintegritas," tulis Jimly, dilansir dari akun pribadinya di X, @JimlyAs , Rabu (30/10/2024).
Cuitan Jimly Asshiddiqie pun kini ramai dibaca oleh warganet. Lebih dari 59 ribu pengguna X telah membacanya. Komentar pun muncul dari para netizen.
“Kayaknya belum, Prof. Masih tebang pilih 🤔. Kasus minyak goreng, kasus hutan, kasus tambang yang nyata-nyata namanya disebut di sidang gubernur Maluku Utara menguap 🥴,” ujar warganet di kolom komentar.
"Apanya kesungguhan, Pak Jim? Kasus semrawutnya jemaah haji 2024, kasus pengembalian 27 miliar tanpa tahu uang siapa dan siapa yang terima, Airlangga, Zul Hasan, Menpora, ini sampai mana prosesnya? Bapak nggak pernah baca berita?" tanya netizen lainnya.
"Laporan ke @KPK_RI.. Ubaidillah Badrun untuk anak-anak Jokowi, triak donk Pak @JimlyAs… untuk petikan serta mantunya, wkkkk pasti Bapak enggak berani 😂😂," cuap warganet lainnya.
Sementara itu, menurut catatan Said Didu, selama masa pemerintahan Jokowi, setiap Menteri Perdagangan yang menjabat telah mengeluarkan kebijakan impor gula dalam jumlah besar.
“Selama pemerintahan Jokowi, semua Menteri Perdagangan melakukan impor gula,” ungkapnya.
Kebijakan impor ini terus berlanjut di bawah Enggartiasto Lukita yang menjabat pada tahun 2016-2019, dengan angka impor sekitar 15 juta ton.
Selanjutnya pada masa Agus Suparmanto antara 2019-2020, impor gula tercatat mencapai sekitar 9,5 juta ton.
Sementara di masa Muhammad Luthfi yang menjabat dari tahun 2020 hingga 2022, kebijakan impor tetap berlanjut dengan total sekitar 13 juta ton.
Terakhir, di bawah Zulkifli Hasan yang menjabat dari tahun 2022 hingga 2024, impor gula meningkat hingga sekitar 18 juta ton.
"Semoga semua impor gula tersebut bisa dibongkar jika ada korupsi dan mafianya," tandasnya.
Total impor gula selama periode tersebut mencapai puluhan juta ton, dan Said Didu adanya praktik mafia yang mengendalikan rantai distribusi gula di Indonesia.
"Walaupun Menterinya ganti-ganti, masyarakat paham bahwa mafia impor gulanya tetap sama," sebutnya.
Lebih lanjut, Said Didu menjelaskan bahwa mafia impor gula kemungkinan besar melibatkan pemilik modal besar yang memuat kegiatan impor tersebut, sedangkan perusahaan importir hanya ikut serta sebagai pemberi bendera.
Ia berharap pihak-pihak yang berwenang dapat menggali lebih dalam dan menelusuri semua pihak yang terlibat dalam rantai impor gula ini.
"Mafia import gula sebenarnya adalah pemilik modal yang memuat impor tersebut, perusahaan importir biasanya hanya sekedar pinjam bendera," kuncinya.(*)