Perbincangan mengenai Pilkada DKI Jakarta Kembali Memanas: Rocky Gerung Ungkap Dugaan Kecurangan
Diskusi mengenai Pilkada DKI Jakarta semakin memanas setelah dua lembaga survei mempublikasikan hasil yang berbeda secara signifikan. Pengamat politik Rocky Gerung menyoroti perbedaan tersebut dan mempertanyakan integritas serta metodologi yang digunakan oleh lembaga-lembaga survei tersebut.
Rocky Gerung menekankan bahwa hasil survei dari dua lembaga tersebut menunjukkan elektabilitas para kandidat yang sangat berbeda. Ia menilai perbedaan ini tidak hanya menimbulkan kecurigaan di kalangan publik, tetapi juga menarik perhatian Dewan Etik dari Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) untuk terlibat.
Menurutnya, jika metodologi yang digunakan oleh lembaga survei adalah sama, hasil survei seharusnya mencerminkan konsistensi. Dalam dunia survei politik, Rocky Gerung menegaskan bahwa meskipun metodologi merupakan faktor penting, terdapat faktor-faktor lain yang tidak terlihat, seperti sponsor atau kepentingan politik, yang sering kali memiliki pengaruh yang lebih besar.
“Survei sering kali digunakan untuk menggiring opini publik dan dapat menjadi alat justifikasi bagi praktik-praktik kecurangan,” ujar Rocky Gerung dalam pernyataan yang dikutip dari saluran YouTube pribadinya.
Rocky juga menyoroti bahwa masalah di Indonesia tidak hanya terletak pada elektabilitas kandidat, tetapi juga pada etikabilitas dan intelektualitas mereka. Ia berpendapat bahwa hasil survei yang tidak mencerminkan realitas dapat mengakibatkan analisis politik yang tidak akurat.
“Sebuah lembaga survei dapat menghasilkan hasil yang salah meskipun dengan margin of error yang ada,” tambahnya.
Ia menggarisbawahi bahwa kredibilitas survei telah menurun, terutama di era pemerintahan Presiden Jokowi, di mana banyak hasil survei dipertanyakan. “Ketika survei menunjukkan elektabilitas yang sangat tinggi, namun di lapangan banyak orang tidak puas, maka ada yang tidak beres,” jelasnya.
Dengan meningkatnya kecurigaan terhadap lembaga survei, Rocky Gerung menyerukan perlunya audit eksternal untuk menilai kejujuran dan akurasi hasil survei. Ia berharap Dewan Etik dapat melakukan pemeriksaan yang transparan agar publik dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.
“Kita membutuhkan lembaga survei yang benar-benar bekerja untuk kepentingan publik, bukan untuk kepentingan politisi,” tutup Rocky Gerung.***