BEM FISIP Unair Surabaya Dibekukan oleh Dekanat Setelah Ucapan Selamat Satir untuk Pelantikan Prabowo-Gibran
Surabaya – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya resmi dibekukan oleh Dekanat, menyusul pemasangan karangan bunga satir sebagai bentuk ucapan selamat atas pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap aksi BEM FISIP yang menyampaikan kritik terhadap Pemilu 2024 melalui ungkapan satir di area kampus.
Presiden BEM FISIP Unair, Tuffahati Ulayyah Bachtiar, menegaskan bahwa karangan bunga tersebut adalah karya seni yang dirancang untuk mengekspresikan kekecewaan atas sejumlah fenomena yang terjadi selama Pemilu 2024. "Karangan bunga tersebut merupakan karya seni satir yang bertujuan menyampaikan ekspresi kekecewaan atas rentetan peristiwa dalam Pemilu 2024," ungkap Tuffahati pada Jumat, 25 Oktober 2024. Pernyataan ini disampaikan melalui akun X @kegblgnunfaedh pada Senin, 28 Oktober 2024.
Karangan bunga tersebut ditempatkan di Taman Barat FISIP Unair pada Selasa, 22 Oktober 2024, dengan pesan berbunyi, “Selamat atas dilantiknya jenderal bengis pelanggar HAM dan Profesor IPK 2,3 sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang lahir dari rahim haram konstitusi."
BEM FISIP Unair menerima pemberitahuan pembekuan melalui email dari Dekanat FISIP Unair. Berdasarkan unggahan di akun X yang sama, surat pembekuan bernomor 11048/TB/UN3.FISIP/KM.04/2024 ini ditandatangani oleh Dekan FISIP Unair, Prof. Bagong Suyanto. Nama Prof. Bagong Suyanto kemudian menjadi sorotan publik setelah ia memutuskan untuk membekukan BEM FISIP atas aksi kritis tersebut.
Di media sosial, reaksi publik beragam. Sejumlah warganet menyuarakan dukungan terhadap kebebasan berekspresi mahasiswa dan mempertanyakan langkah Dekanat. "Bukankah kampus menjunjung kebebasan akademik? Mengapa karangan bunga dipermasalahkan?" tulis akun X @Generasiosing. Namun, beberapa warganet lainnya berpendapat bahwa ucapan dalam karangan bunga tersebut terkesan tidak hanya mengkritik, tetapi menghujat Prabowo-Gibran. "Kalimat itu bukan sekadar kritik, tetapi sudah tergolong penghinaan," tulis akun X @katakataipa.***