Nama Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi, menjadi sorotan setelah diduga mempublikasikan artikel ilmiah di dua jurnal yang dianggap predator. Koran Tempo edisi Jumat, 9 Agustus 2024, melaporkan bahwa dua karya ilmiah Bahlil diterbitkan di jurnal yang cakupannya tidak sesuai dengan topik yang dibahas serta sudah dihentikan oleh Scopus.
Dua artikel Bahlil yang dipermasalahkan berjudul “Nickel Down Streaming in Indonesia: Policy Implementation and Economic, Social, and Environmental Impacts” dan “Into Sustainable and Equitable Nickel Downstreaming in Indonesia: What Policy Reforms are Needed?”. Artikel pertama diterbitkan di Kurdish Studies—jurnal yang fokus pada kajian tentang suku Kurdi di Timur Tengah. Sementara artikel kedua diterbitkan di Migration Letters, jurnal yang lebih fokus pada isu perpindahan penduduk.
Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Sulistyowati Irianto, mempertanyakan mengapa artikel tentang hilirisasi nikel di Indonesia diterbitkan di jurnal yang cakupannya tidak sesuai. “Cakupan Kurdish Studies seharusnya pada isu suku Kurdi, sedangkan Migration Letters terkait perpindahan penduduk. Ini saja sudah menjadi pertanyaan besar bagi kami,” kata Sulistyowati, Kamis (8/8).
Selain itu, kedua jurnal tempat Bahlil menerbitkan artikelnya telah dikategorikan sebagai jurnal discontinued oleh Scopus sejak 2022. Status discontinued menandakan jurnal tersebut dihentikan karena berbagai alasan, termasuk pelanggaran etika publikasi dan kualitas penelitian yang rendah. Berdasarkan laporan dari Elsevier, perusahaan pengelola Scopus, jurnal Kurdish Studies dan Migration Letters telah tidak lagi menerbitkan karya ilmiah sejak dua tahun lalu.
Menanggapi tudingan tersebut, Bahlil menyatakan bahwa kedua jurnal tersebut masih terdaftar di Scopus ketika artikelnya diterbitkan pada 2023. Ia menjelaskan bahwa dirinya dan tim telah melakukan pengecekan kredibilitas jurnal tersebut sebelum memutuskan untuk mempublikasikan karya ilmiahnya. “Pada saat itu, belum ada keterangan eksplisit bahwa jurnal tersebut sudah tidak lagi terindeks di Scopus,” kata Bahlil.
Bahlil juga mengungkapkan bahwa publikasi tersebut merupakan bagian dari persyaratan untuk mendapatkan nilai dalam salah satu mata kuliah di program doktor yang sedang ditempuhnya di Universitas Indonesia sejak 2022. Artikel yang ia terbitkan sesuai dengan tema disertasinya mengenai dampak dan kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia. “Saya kaget dan kecewa ketika mendengar bahwa jurnal tersebut dikeluarkan dari indeks Scopus,” ujarnya.
Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan lebih luas tentang kredibilitas jurnal ilmiah di dunia akademik dan bagaimana publikasi yang terkait dengan kebijakan penting seperti hilirisasi nikel seharusnya dilakukan di jurnal yang tepat seperti dikutip dari fusilatnews
Gelar Doktor Bahlil Disorot, Dokter Tifa Pertanyakan Hal Ini
Gelar doktor Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menuai sorotan. Pegiat Media Sosial Dokter Tifa menanyakan sejumlah hal.
Perempuan yang juga Ahlli Epidemilogi itu menanyakan lulusan maguster Bahlil. Ia bertanya dimana bisa melihat profile tersebut.
“Ada yang punya data Bahlil lulusan S2 mana ya?” ungkapnya dikutip fajar.co.id dari unggahannya di X, Kamis (17/10/2024).
“Saya cari tidak ketemu. Mungkin saya yang kurang data,” tambahnya.
Sama seperti Bahlil, Tifa mengaku lilusan doktoral Universitas Indonesia (UI).
“Saya menempuh Program Doktor di UI juga,” ujarnya.
Di UI, ia mengatakan syarat lulus doktor ketat. Salah satunya berasal dari universitas akreditasi unggul.
“Ada syarat ketat juga Ijazah S2, dari Universitas Terakreditasi Unggul, dengan IPK minimal 3,5 untuk bisa masuk Program S3 UI,” jelasnya.
Berdasarkan penelusuran fajar.co.id, Bahlil lulus dari Universitas Cendrawasih. Sementara Tifa, ia menumpuh magister di Universitas Gadjah Mada.
“Alhamdulillah S2 saya dari UGM.
Jadi sangat layak jadi Peserta Program Doktor UI,” terangnya.
“Bahlil bagaimana?” tambahnya.
Di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, akreditasi Universitas Cenderawasih masih B. Bukan Unggul sebagaimana yang dikemukakan Tifa sebagai syarat masuk program doktor UI .
“how low can you go @univ_indonesia??? oh i know….as low as permintaan pejabat buat nyelesaiin s3 dlm waktu 20 bulan. either he’s too brilliant or you are just to stupid to think he’s brilliant,” kata Dosen Nanyang Technological University (NTU) Singapura Prof Sulfikar Amir, di akun X (Twitter) @sociotalker, Rabu (16/10/2024).
Sulfikar heran UI bisa meloloskan desertasi Bahlil Lahadalia yang isinya seperti kumpulan koran.
“Disertasi apaan ini @univ_indonesia??? jangan2 cuma kumpulan berita koran dan laporan proyek?? are you seriously an institution of higher learning UI?” paparnya.
Kasus Bahlil, kata Sulfikar menyarankan UI menjadi lembaga kursus yang mudah memberikan sertifikat.
“I strongly suggest @univ_indonesia buat ganti status menjadi lembaga kursus…biar lbh pas buat jualan sertifikat. lupakan world class university, qs100, etc etc. yang penting melayani nafsu pejabat dan dapat cuan,” tegasnya.
Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) UI, Amelita Lusia, membenarkan Bahlil akan menjalani sidang promosi doktor siang ini.