Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

100 Hari Tanpa Aksi: 'Mengapa Prabowo Hanya Bisa Omon-Omon, Bukan Bekerja?'

Penulis: Ali Syarief - Fusilanews

Program 100 hari kerja sering kali dijadikan tolak ukur awal keberhasilan seorang presiden baru. Namun, dalam konteks Prabowo Subianto, janji-janji ambisius yang mungkin ia buat selama kampanye tidak akan mudah dilaksanakan. Kenyataannya, hingga akhir Desember 2024, tangan Prabowo akan terikat oleh aturan dan anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya, yaitu rezim Jokowi.

APBN Terpadu 2024

Periode antara November dan Desember 2024 akan menjadi masa transisi di mana Prabowo tidak memiliki ruang gerak yang cukup untuk mewujudkan janji-janji politiknya. Salah satu tantangan terbesar adalah Undang-Undang APBN 2024 yang telah disusun dan disetujui oleh pemerintah Jokowi. UU APBN 2024 ini bukan sekedar anggaran, tetapi juga cetak biru bagi kebijakan dan program kerja yang harus diimplementasikan oleh pemerintahan berikutnya.

Dalam hal ini, Prabowo tidak memiliki pilihan selain menjalankan program kerja yang telah disusun oleh pendahulunya. Keterbatasan ini berarti bahwa Prabowo tidak dapat memulai program 100 hari yang idealis dan mandiri, karena program dan anggarannya telah diatur dalam rencana APBN yang tidak ia buat.

APBN 2025: Warisan Jokowi

Lebih jauh lagi, meskipun Prabowo mungkin berharap untuk memulai inisiatif baru di awal tahun 2025, sebenarnya APBN 2025 sudah selesai disusun pada bulan April hingga Agustus 2024 melalui proses musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) di bawah pemerintahan Jokowi. Artinya, Prabowo akan tetap harus bekerja dalam kerangka kebijakan yang disusun oleh Jokowi hingga akhir tahun 2025.

Kenyataan ini membuat janji-janji Prabowo tentang program 100 hari kerja tidak lebih dari “omong-omong belaka.” Janji bermaksud untuk segera menghadirkan perubahan drastis akan sulit terealisasi karena secara praktis, ia harus melanjutkan program yang sudah ada, bukan memulai dari awal.

Tantangan Politik dan Persepsi Publik

Tidak hanya berada pada APBN, Prabowo juga menghadapi tantangan dalam hal persepsi publik. Banyak yang berharap pada kepemimpinannya untuk segera menghadirkan perubahan. Jika dalam 100 hari pertama ini Prabowo gagal memenuhi ekspektasi, maka kredibilitasnya di mata publik bisa merosot. Ini menjadi tantangan besar dalam menjaga popularitasnya di tengah kondisi politik yang serba terikat.

Kenyataan bahwa APBN 2024 dan 2025 adalah “warisan” Jokowi juga bisa dimanfaatkan oleh lawan politiknya untuk menyerang dan menuding Prabowo sebagai presiden yang gagal memimpin, meski ia baru menjabat.

Apa yang Bisa Dilakukan Prabowo?

Meski terbatas, Prabowo masih bisa melakukan beberapa langkah strategi, seperti memperkuat tim kabinetnya, memastikan transisi yang mulus, serta membangun komunikasi politik yang baik dengan parlemen dan pemangku kepentingan. Namun, untuk mewujudkan perubahan yang lebih signifikan, tampaknya kita harus menunggu hingga tahun 2026, ketika Prabowo dapat bekerja dengan anggaran yang benar-benar ia susun sendiri.

Kesimpulannya, program 100 hari kerja Prabowo tidak akan lebih dari sekedar wacana hingga ia memiliki kendali penuh atas kebijakan anggaran. Untuk saat ini, janji-janji besar hanya akan berakhir sebagai omong-omong belaka, sementara ia harus menjalankan program yang diwariskan oleh pemerintahan sebelumnya.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved