Wakil Kepala Bidang Penyelenggara Peribadatan Masjid Istiqlal Abu Hurairah Abd. Salam, Ustadz Abu Hurairah menanggapi viralnya jamaah yang menyanyikan lagu kebangsaan di Masjid Istiqlal pada 31 Agustus 2024 lalu.
Jamaah yang menyanyikan lagu Indonesia Raya itu dipimpin langsung oleh Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefullah Maslul Ra.Qs alias Abah Aos
Menurut Ustadz Abu, pihak penyelenggara telah menyampaikan klarifikasi terkait viralnya ribuan jamaah yang mengenakan kopyah warta merah putih itu.
"Ini udah ada klarifikasi dari mereka pak," ujar Ustadz Abu saat dihubungi, Selasa (3/9/2024). Ustadz Abu lalu memberikan surat klarifikasi resmi dari pihak panitia.
Sebagai panitia kegiatan Dzikir Nasional, Doa Bersama dan Pengajian Anti Gempa Manaqib Syeikh Abdul Qosir Al Jailani OS, Direktur Pendidikan Pesantren Peradaban Dunia Jagat Asy, Tata Masta mengucapkan terimakasih atas kerjasama dan dukungan yang diberikan segenap civitas Masjid Istiglal sehingga acara tersebut berjalan dengan baik.
Menindaklanjuti pertemuan dengan Divisi Peribadatan Masjid Istiglal berkaitan dengan Isu yang berkembang dengan beredarnya potongan video kegiatan yang menayangkan cuplikan Penggalan Lagu Indonesia Pusaka di Platform media sosial, Tata Masta lalu menyampaikan beberapa pernyataan untuk mengklarifikasinya.
Tata Masta menjelaskan, rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan qiyamul lail, dzikir, sholat Subuh, manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jaelani, dan ditutup ceramah agama.
"Dengan demikian penggalan video yang beredar bukanlah satu-satunya acara yang dilakukan oleh panitia dan para jamaah," ujar Tata dikutip dari surat klarifikasinya.
Menurut Tata, panitia juga bertanggung jawab dengan segala kegiatan yang dilaksanakan selama prosesi acara dilakukan pada 31 Agustus 2024 di Masjid Negara Istiglal.
"Badan Pengelola Masjid Istiglal selaku pemberi kuasa tempat tidak Blbertanggungjawab dengan apa yang telah terlaksana," ucap Tata.
Dia menuturkan, jamaah Thoriqoh Qodiriah Naqsyabandiah Suryalaya Sirnarasa PPKN yang menghadiri acara tersebut menggunakan dresscode yang telah dilakukan bertahun-tahun yakni, pakain merah putih kupluk serta peci merah putih sebagai ekspresi Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan Komitmen Nasionalisme atas situasi darurat Bangsa Indonesia yang dalam ancaman rongrongan pihak-pihak yang menginginkan bangsa Indonesia hancur tercerai berai.
Menurut Tata, pakaian dengan nuansa merah putih dalam acara itu adalah sebagai simbol kecintaan terhadap lambang negara dalam hal ini bendera merah putih.
"Dengan demikian dresscode tersebut tidak ada kaitannya dengan simbol yang digunakan oleh agama lain seperti Sinterklas seperti yang diasumsikan dalam komentar di media sosial," kata Tata.
Selain itu, dia juga menegaskan bahwa kegiatan tersebut tidak ada kaitannya dengan kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia.
"Sehingga kami menolak jika dikaitkan dengan pemimpin agama dunia yang secara waktu berdekatan. Dan Badan Pengelola Masjid Istiglal tidak terkait dengan Isu yang beredar saat ini. Perencanaan kegiatan ini jauh sebelum berita rencana kedatangan Paus Paulus di Indonesia," jelas Tata.
Atas nama panitia, Tata juga meminta maaf kepada para pihak yang merasa dirugikan atas kegiatan yang telah dilaksanakan.
Menurut dia, segala bentuk kontroversi yang terjadi adalah bagian dari perbedaan dalam pengambilan dalil dan argumen serta persfektif masing masing
"Dengan demikian semoga ini adalah bagian dari khazanah (kebhinekaan) dalam beragama," kata Tata.