Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Polisi Panggil Penyebar Video Aksi Pembubaran Seminar Kemang ke Medsos

 Polisi Panggil Penyebar Video Aksi Pembubaran Seminar Kemang ke Medsos

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Rahmat Idnal menyatakan pihaknya akan memanggil orang yang pertama kali menyebar video aksi pembubaran seminar di Hotel Grand Kemang pada Sabtu (28/9) ke media sosial.

"Setelah peristiwa itu terjadi ada beberapa video yang beredar yang mungkin dipotong-potong kemudian diberi narasi tapi itu tidak seutuhnya seperti yang disampaikan di beberapa video di media sosial," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Rahmat Idnal di Jakarta, Ahad.

Ia mengatakan Polres Metro Jakarta Selatan akan mendalami pelaku yang menyebarkan video tersebut.

"Kami akan dalami persoalan ini," kata dia.

Ia mengatakan pada hari tersebut ada sejumlah kegiatan yakni seminar di hotel yang memang tidak ada pemberitahuan kepada pihak Kepolisian.

Kemudian ada kegiatan aksi tandingan unjuk rasa di depan Hotel Grand Kemang yang tidak menginginkan kegiatan di dalam hotel berlangsung.

"Kami tetap melakukan pengamanan meski tidak ada pemberitahuan kegiatan yang dipimpin Kapolsek di depan hotel," kata dia.

Kemudian tiba-tiba ada beberapa orang massa yang menyusup lewat pintu belakang yang merupakan pintu karyawan dan ada beberapa yang sudah berada di dalam hotel saat kegiatan berlangsung.

"Kami sedang didalami kemungkinan sudah menginap di hotel tersebut," kata dia.

Ia mengatakan kehadiran petugas Kepolisian untuk memberikan pengamanan agar tidak terjadi gesekan di tempat tersebut antara dua kelompok ini dan tetap mengedepankan langkah yang humanis.

"Apabila ada pelanggaran, kami melakukan penegakan hukum," kata dia

Sebelumnya terjadi dugaan tindak pidana kekerasan dan penganiayaan saat sebuah seminar digelar di Hotel Grand Kemang Jakarta Selatan pasa Sabtu (28/9) pagi yang dilakukan puluhan orang yang masuk secara paksa ke lokasi seminar

Polisi masih mendalami kegiatan seminar apa yang digelar dan tema yang menjadi pembicaraan dalam diskusi yang dilakukan di salah satu hotel di kawasan Kemang tersebut.

Sementara itu Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Benny Susetyo mengecam aksi kekerasan yang terjadi dalam acara diskusi kebangsaan di Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9).

Benny dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, menegaskan bahwa kekerasan tersebut merupakan tindakan yang menghancurkan keadaban Pancasila dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan serta keadilan.

"Kekerasan ini menghancurkan keadaban Pancasila, karena negara yang berdasarkan Pancasila tidak boleh membiarkan kekerasan terjadi," katanya.

Benny menekankan bahwa tindakan kekerasan, selain melanggar hukum, juga merupakan bentuk penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang dijunjung tinggi oleh konstitusi negara.

Menurut Benny, dalam negara yang berlandaskan hukum dan konstitusi, setiap warga negara berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya secara damai, seperti yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Diskusi dan dialog harus menjadi sarana utama dalam menyampaikan pandangan, bukan tindakan kekerasan, kata Benny menambahkan.

Benny meminta agar aparat keamanan bertindak tegas terhadap pelaku kekerasan dalam insiden tersebut. Ia menekankan bahwa hukum harus ditegakkan tanpa tunduk pada tekanan kelompok premanisme, yang jika dibiarkan akan melemahkan wibawa negara sebagai negara hukum.

Benny menekankan pentingnya menyelesaikan perbedaan melalui dialog yang bermartabat, bukan kekerasan. Ia berharap kekerasan tidak menjadi budaya di Indonesia dan menyerukan pemulihan peradaban kemanusiaan berdasarkan Pancasila.

Acara diskusi diaspora yang dihadiri tokoh dan aktivis nasional tentang isu kebangsaan berlangsung ricuh pada Sabtu pagi. Sejumlah narasumber, termasuk Refly Harun dan Din Syamsuddin hadir, namun sekelompok orang membubarkan paksa acara dengan merusak panggung, menyobek backdrop, dan mengancam peserta seperti dikutip dari antara

 Refly Harun: Mereka Lakukan Didepan Polisi yang Tidak Bertindak Apapun

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun yang juga menjadi salahsatu pembicara pada acara tersebut. Refly menilai aksi yang dilakukan para preman tersebut terjadi dihadapan para polisi dan terkesan membiarkan tanpa ada tindakan pencegahan.

Aksi premanisme tersebut dinial Refly sebagai bagian dari tindakan kriminal. "Itu bukan delik aduan, dan mereka melakukan itu di depan polisi," turut Refly dalam jumpa persnya yang dikutip Poskota dari channel YouTube Refly Harun, Sabtu 28 September 2024.

Pihaknya pun menyesalkan tidak adanya tindakan pencegahan aksi premanisme oleh aparat kepolisian tersebut. "Jadi kalo polisi tidak bertindak, aneh bin ajaib," sesalnya.

Refly pun akan mengajak sejumlah pihak untuk mendatangi pihak kepolisian guna mempertanyakan masalah ini.

"Menurut saya, kita perlu ramai-ramai datang ke kantor polisi untuk menyampaikan hal ini," tegas Refly.

Hal sama pun diungkapkan Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menyesalkan tindakan aparat kepolisian yang membiarkan aksi premanisme.

Din Syamsuddin menilai hal ini tidak hanya memalukan, tetapi menganggu dan merusak kehidupan dan kebangsaan. Dalam kesempatan itu, dia pun menyoroti tanggung jawab kepolisian.

"Polisi, mohon maaf saya ingin katakan terus terang tidak berfungsi sebagai pelindung dan pengayom rakyat, sebagaimana yang menjadi slogan. Ternyata diam saja. Saya sungguh protes keras polisi yang berdiam diri bahkan membiarkan aksi-aksi anarkisme," tegasnya.

Refly dan undangan lain yang ada di diskusi tersebut juga berencana untuk melaporkan aksi perusakan ini, bila polisi tak bertindak.

Aksi premanisme yang dilakukan orang tidak dikenal (OTK) pada acara Diskusi 'Silaturahmi Kebangsaan Diaspora bersama tokoh dan Aktivis Nasional' yang digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu 28 September 2024 dikecam Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin.

Para OTK yang berperawakan tegap dengan berkulit hitam khas dari ras Indonesia Timur itu tiba-tiba saja masuk merangsek kemudian berbuat arogan dengan membubarkan diskusi yang tengah berlangsung.

Berdasarkan tayangan video yang beredar luas di dunia maya, belasan preman yang menggunakan masker dan rata-rata dari Indonesia Timur itu masuk dan merangsek hingga berteriak-teriak agar membubarkan acara.

Sejumlah alat-alat pendukung mulai dari spanduk, infokus, dan lainnya tampak dihancurkan mereka. Padahal tengah berlangsung diskusi yang dihadiri tokoh nasional diantaranya Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Prof Said Didu, Refly Harun, dan beberapa tokoh lainnya.

 Said Didu: Negara Darurat Demokrasi 

Sekelompok preman atau orang tak dikenal (OTK) membubarkan paksa diskusi 'Silaturahmi Kebangsaan Diaspora Bersama Tokoh dan Aktivis Nasional' yang digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9/2024).

Kelompok yang mengenakan masker itu melakukan aksi anarkis dengan mencabut spanduk acara di ruangan sambil berteriak-teriak.

Terkait hal itu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, yang juga hadir langsung mengecam keras tindakan anarkis tersebut.

"Gaya premanisme bubarkan Diskusi Diaspora. Diskusi Diaspora yang menghadirkan banyak tokoh nasional di salah satu hotel di Jakarta Selatan dibubarkan oleh massa dengan cara premanisme," ujar Said Didu melalui akun @msaid_didu di X.

"Mereka masuk ruangan merusak semua alat peraga dan 'mengusir' peserta. Negara ini darurat demokrasi," tambah Said Didu, dikutip Sabtu (28/9/2024).

Diketahui, acara itu juga dihadiri mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin. Din mengecam keras aksi anarkisme tersebut.

"Apa yang terjadi tadi adalah kejahatan demokrasi. Kita membiarkan mereka berorasi sebagai manifestasi demokrasi, tapi ketika mereka masuk dan merusak, ini adalah anarkisme," kata Din Syamsuddin dalam jumpa persnya yang dikutip dari kanal YouTube Refly Harun, Sabtu (28/9/2024).

Selain Din Syamsuddin, juga hadir dalam jumpa pers Refly Harun, Said Didu, Sunarko, dan lain sebagainya.

Din Syamsuddin menyebutkan, kejadian tersebut tidak hanya memalukan, tetapi mengganggu dan merusak kehidupan dan kebangsaan. Dalam kesempatan itu, dia menyoroti tanggung jawab kepolisian.

Warganet di media sosial pun geram dengan peristiwa itu. mereka menilai ada orang tertentu yang menyuruh kelompok preman tersebut membubarkan kegiatan.

Bahkan, ada informasi, peristiwa serupa juga terjadi saat aksi Global Climate Strike di Taman Menteng.

"Astaghfirullah… Kemarin tgl 27 Sept acara Aksi Global Climate Strike di Taman Menteng dibikin rusuh oleh segerombolan preman entah dari mana, atas perintah siapa, yang jelas mereka provokatif sekali & mengintinidasi peserta aksi," tulis pegiat media sosial, Maria A. Alkaff, melalui akun @MariaAlcaff di X.

"Hari ini, kembali preman2 mengacak2 forum diskusi. Team yang akan jadi pembicara & peserta forum diskusi hadir, acara sudah dibubarkan oleh gerombolan preman gak jelas… Udah mulai pake preman2 segala ya?," sambungnya.

Informasi yang dihimpun, sebelum pembubaran terjadi, sekelompok massa melakukan aksi demonstrasi di depan hotel itu. Namun, tiba-tiba masuk ke dalam ruang acara. Mereka terlihat membubarkan peserta diskusi.
Massa tersebut juga terlihat mencabut spanduk acara yang berada di depan. Sayangnya, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait peristiwa itu.***

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved