Pernyataan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kepada lembaga penyiaran TV untuk tidak menayangkan siaran Adzan Maghrib selama Misa yang dipimpin Paus Fransiskus pada Kamis, 5 September, menyulut amarah sejumlah ormas Islam.
Terlebih, Kominfo meminta agar siaran adzan Magrib dikumandangkan serentak melalui televisi diganti melalui running text (tulisan bergerak).
Ketua DPP Front Persaudaraan Islam (FPI), Aziz Yanuar menyebut, pihak FPI, GNPFU dan PERSADA 212 menyatakan sikap protes keras atas Surat Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi.
Menurut Aziz, pernyataan sikap ormas Islam ini terkait beredarnya surat dari Direktur Jenderal Penyelenggaran Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi Nomor: B-2026/DJPPI/HM.05.08/09/2024, tertanggal 2 September 2024, yang ditandatangani oleh Wayan Toni Supriyanto selaku Dirjen Penyelenggaran Pos dan Informatika.
Isi surat, sambungnya, pada intinya menginstruksikan kepada seluruh Direktur Utama Lembaga Penyiaran dan Ketua Asosiasi dan Persatuan Lembaga Penyiaran agar acara misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 September 2024 mulai pukul 17.00 s/d pkl.19.00 disiarkan secara langsung dan tidak terputus di seluruh televisi nasional.
"Adzan Maghrib yang biasa disiarkan melalui televisi nasional pada sekitar pukul 17.56 s.d selesai pada hari dan tanggal yang sama pada intinya ditiadakan, dan diganti dengan running text," kata Aziz kepada VOI, Rabu, 4 September.
Untuk itu, ormas Islam yang tergabung dalam Front Persaudaraan Islam, GNPF Ulama, Persaudaraan Alumni 212 menyatakan sikap bahwa umat Islam Indonesia tidak mempermasalahkan kegiatan agama dari pihak lain selama kegiatan tersebut tidak mencampuradukkan ajaran agama atau menegasikan kegiatan agama lain pada saat yang bersamaan.
"Surat dari Dirjen PPI soal adzan Maghrib justru sangat mengganggu keberagaman dan toleransi yang sudah terjalin sejak lama di NKRI ini. Surat Dirjen PPI tersebut membuktikan bahwa rezim saat ini sudah terjangkit virus islamphobia dan intoleran terhadap keberadaan adzan Magrib dan ajaran Islam," ujarnya.
Dirjen PPI Kemenkominfo disebut sudah mengganti syariat adzan dari suara menjadi pengumuman dalam bentuk tulisan.
"Adzan merupakan suara yang dikumandangkan, bukan merupakan bentuk pengumuman dalam bentuk tulisan. Ini mengubah syariat Islam apalagi dilakukan oleh orang dari kalangan diluar Islam, merupakan bentuk penghinaan dan penistaan terhadap syariat Islam," tegasnya seperti dikutip dari voi
Kominfo Imbau Azan Magrib di TV Diganti Running Text Saat Misa Paus Fransiskus
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengeluarkan permohonan penyiaran Azan Magrib dan Misa bersama Paus Fransiskus Senin, 2 September 2024.
Surat yang ditandatangani Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Wayan Toni Supriyanto itu berisi tiga poin yang ditujukan untuk para direktur utama Lembaga Penyiaran dan Ketua Asosiasi dan Persatuan Lembaga Penyiaran.
Toni mengatakan, Misa yang akan dipimpin Paus Fransiskus di Stadion GBK, Jakarta pada 5 September 2024 pukul 17.00 sampai 19.00 WIB itu akan disiarkan langsung tanpa putus di seluruh tv nasional.
Selama berlangsungnya proses penyiaran, sekitar pukul 17.52 WIB, biasanya tv nasional akan menampilkan Azan Magrib bagi wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Maka, selama berlangsungnya Misa, Toni mengimbau agar tayangan Azan Magrib ditiadakan, dan diganti dengan running text.
“Sehubungan dengan hal tersebut, mohon kiranya penyiaran Azan Magrib dapat dilakukan dengan running text,” kata Toni dalam keterangan resminya, diterima VIVA Selasa, 3 September 2024.
Surat tersebut disampaikan kepada 38 direktur utama Lembaga Penyiaran dan ketua Asosiasi dan Persatuan Lembaga Penyiaran, termasuk Menteri Komunikasi dan Informatika.***