Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Kritik Terakhir Faisal Basri & Kisah Pembubaran Petral

  Tak ada pemimpin, pengusaha, politikus hingga pewarta di negeri ini yang tak mengenal Faisal Basri. 

Ekonom senior yang rajin mengkritik pemerintah soal tingginya utang negara telah berpulang ke Ilahi.

Faisal Basri meninggal dunia pada Kamis (5/9/2024) pukul 03:50 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan Jakarta dalam usia 65 tahun. 

Kabar duka ini disampaikan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto melalui pesan singkat di WhatsApp pagi ini.

Di balik sosoknya yang sederhana dengan ciri khas topi pet (flatcap) dan kerap melontarkan kritik panas, Faisal Basri sering berguyon. 

Dalam wawancara Podcast terakhirnya yang dipublikasi di YouTube Indef, dia pun menanggapi statusnya sebagai ekonom senior.

Ketika sang host menyapa dan memperkenalkan Faisal Basri dengan status 'ekonom senior', spontan dia membalas: " Ekonom senior, ekonom tua." Reponsnya menimbulkan gelak tawa.

Dalam wawancara terakhirnya yang diunggah 27 Agustus 2024, Faisal Basri ternyata masih konsisten mengkritik utang pemerintah. Dia mengungkapkan pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah membuat utang Indonesia naik 3,3 kali lipat dari akhir 2014.

"3,3 kali lipat itu terdahsyat setelah krisis," tegasnya.

Faisal pun mempertanyakan upaya Presiden Jokowi untuk membawa Indonesia tumbuh 8% yang tidak berbuah hasil. Padahal, cita-cita ini sudah dimotori dengan utang dan pembangunan jor-joran tetapi hasilnya tetap 5%.

"Jadi betul ada yang salah. Utang ini kemana dan utang Jokowi ini digadang-gadang kalau tidak ada utang tidak ada pembangunan infrastruktur," ujarnya.

Tidak benar, bantah Faisal, karena belanja terbesar selama 10 tahun terakhir di dalam APBN adalah belanja 'membayar bunga utang'. 

Bahkan, tahun depan, pembayarannya akan mencetak rekor, sekitar Rp 500 triliun, mengalahkan pos pengeluaran lainnya, belanja pegawai dan belanja modal.

"Jadi tidak benar utang untuk infrastruktur, terbukti dari primary balance itu primary balance pendapatan negara dikurangi belanja dikurangi bayar bunga...kalau di era Jokowi primary balance hanya sekali positif di 2023, selebihnya minus, tekor, artinya buat bayar bunga pun pemerintah harus berutang," tegasnya.

Hal ini lah yang dirinya wanti-wanti kepada presiden baru kelak. Jika presiden baru kembali jor-joran membangun sana-sini, maka Indonesia bisa tertekan utang.

"Kalau Pak Prabowo bilang saya akan melanjutkan program Jokowi, insyaallah 2029 kita akan krisis," tegasnya.

Faisal Basri, Mafia Migas & Petral

Tak cuma soal utang pemerintah, sepak terjang Faisal Basri tak bisa dipisahkan dari nama Petral. Petral adalah anak usaha Pertamina yang diduga menjadi sarang mafia migas.

Pada 1969, Pertamina dan satu "interest group" Amerika Serikat mendirikan Perta Group dengan tujuan memasarkan minyak mentah dan produk minyak Pertamina di pasar Amerika Serikat. 

Perta Group-yang memulai kegiatan perdagangan minyak pada tahun 1972-terdiri dari Perta Oil Marketing Corporation Limited, perusahaan Bahama yang berkantor di Hong Kong, dan Perta Oil Marketing Corporation, perusahaan California yang menjalankan aktivitas keseharian di Amerika Serikat.

Pada 1978 terjadi reorganisasi besar-besaran. Perusahaan yang berbasis di Bahama digantikan dengan Perta Oil Marketing Limited, perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Pada September 1998, Pertamina mengambil alih seluruh saham Perta Group. 

Pada Maret 2001, atas persetujuan pemegang saham, perusahaan berubah nama menjadi Pertamina Energy Trading Limited (PETRAL) yang berperan sebagai trading and marketing arm Pertamina di pasar internasional.

Pada 2014, tepatnya sesuai janji kampanye Presiden Joko Widodo yang sangat ingin membereskan sektor tata kelola migas RI.

Jokowi kemudian melantik Sudirman Said sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan meminta khusus agar Petral 'dibenahi'.

Dari situ, Sudirman membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang digawangi oleh Faisal Basri dan 12 pakar lainnya.

Tim anti mafia migas ini, julukannya, bekerja 6 bulan penuh menyelidiki praktik-praktik impor BBM di tubuh anak usaha Pertamina tersebut.

Faisal Basri dan kawan-kawan menemukan beberapa hal dari kajian mereka, misal penawaran yang dilakukan ke Petral dan PEs tidak lazim, proses berbelit-belit, dan harus menghadapi pihak ketiga yang bertindak sebagai agent atau arranger. 

Namun, pelaku yang bersangkutan mengakui dengan terbuka telah mengapalkan minyak secara teratur ke Indonesia melalui trader.

Tim juga menemukan indikasi kebocoran informasi mengenai spesifikasi produk dan owner estimate sebelum tender berlangsung. 

Faisal dan tim juga menemukan cukup banyak indikasi adanya kekuatan "tersembunyi" yang terlibat dalam proses tender oleh Petral.

Kegiatan tim anti mafia migas ini cukup menyita waktu. Faisal Basri dan tim bekerja keras selama 6 bulan.

"Banyak sekali meeting di tim ini. Anda bisa bayangkan kami bertemu orang sampai tengah malam. Pola hidup saya itu rusak, saya enggak punya pola yang teratur. Lebih sering saya sholat subuh karena saya enggak tidur sampai pagi. Atau kalau saya tidur jam dua, misalnya, sholat subuh kemudian tidur lagi," kata Faisal, dikutip dari CNN Indonesia.

Akhirnya, ada tiga rekomendasi yang diberikan kepada pemerintah untuk dapat mengelola industri yang sering dimanfaatkan para pemburu rente tersebut dengan lebih baik lagi.

Ketiga rekomendasi tersebut terkait impor bahan bakar minyak (BBM), terkait Pertamina Energy Trading Limited (Petral), dan satu rekomendasi final berisi 12 poin yang harus dilakukan pemerintah untuk memperbaiki sektor hulu dan hilir industri tersebut.

Hasil kerja keras tersebut berbuah hasil, sesuai instruksi Presiden Jokowi, Sudirman dan Dwi langsung membekukan bisnis Petral pada tengah Mei 2015 seperti dikutip dari CNBC Indonesia

Selamat Jalan Bung Faisal, Anthony: Spirit Perjuangan Anda Tidak Akan Pernah Padam

Managing Director PEPS Anthony Budiawan menyatakan rasa kehilangannya atas kepergian Ekonom Senior Faisal Basri. Di pandangannya, Faisal Basri adalah seorang ekonom handal, jujur, berani membela kepentingan rakyat banyak.

“Indonesia kehilangan Faisal Basri. Faisal Basri dikenal sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah yang korup, berani membuka kasus korupsi yang dilakukan para penguasa dan pengusaha oligarki,” kata Anthony, Kamis (5/9/2024).

Ia juga menyampaikan bahwa sosok Faisal Basri dikenal sebagai ekonom yang sangat sederhana, tidak tergiur dengan jabatan.

“Kalau saja beliau mau, dengan jaringannya yang sangat luas, tidak sulit bagi Faisal Basri untuk mendapatkan jabatan. Tetapi, beliau memilih berada di samping rakyat, membela kepentingan rakyat, dengan menyuarakan kritik keras terhadap kebijakan pemerintah yang tidak adil kepada rakyat,” ujarnya.

“Selamat jalan, Bung Faisal Basri. Beristirahatlah dengan tenang dan damai. Spirit perjuangan Anda tidak akan pernah padam,” imbuhnya.***

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved