Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah meneruskan surat dari Kementerian Agama (Kemenag) kepada stasiun televisi untuk menampilkan running text saat azan Maghrib ketika misa bersama Paus Fransiskus, Kamis (5/9).
Paus Fransiskus akan menggelar misa di GBK pada (5/9). Acara itu akan dihadiri 80 ribu umat Katolik.
“Jadi sifatnya Kominfo lebih meneruskan surat dari Kemenag untuk menyampaikan pesan tentang saran dari dapat mengganti [tayangan] azan dengan running text,” ujar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kominfo, Prabunindya Revta, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (4/9)
“Karena kami kan yang memang berhubungan dengan lembaga penyiaran,” tambah dia.
Prabu mengklarifikasi surat yang diteruskan dari Kemenag bukan berisikan imbau penggantian suara azan menjadi running text.
“Tapi perlu dipahami begini, bukan azannya jadi running text ya. Jadi running text itu adalah [menunjukkan] waktu salatnya [sudah masuk] seperti yang biasa dilakukan pada hari-hari yang lain,” jelasnya.
Dia juga membebaskan kepada media televisi untuk mengikuti atau tidak terkait imbauan tersebut. Sebab setiap lembaga penyiaran memiliki kebijakan masing-masing.
“Jadi yang perlu dipahami adalah ini merupakan sebuah imbauan untuk televisi dapat mengganti azannya dengan running text. Jadi apakah televisi harus? Tidak. Tergantung kepada lembaga penyiaran masing-masing. Tergantung kepada judgement dari setiap lembaga penyiaran,” katanya.
Sebelumnya, Kemenag menyurati Kominfo untuk mengimbau televisi menampilkan running text saat azan Maghrib khusus saat misa bersama Paus Fransiskus
Hal ini juga berdasarkan surat Panitia Kunjungan Paus Fransiskus Nomor 350/PAN-EXTKP/VIII/2024 (terlampir) tanggal 9 Agustus 2024.
"Kementerian Agama menyarankan agar Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 September 2024 pada pukul 17.00 s.d. 19.00 WIB disiarkan secara langsung dengan tidak terputus pada seluruh televisi nasional," demikian pernyataan dari Ditjen Bimas Islam dan Katolik Kemenag, dikutip Selasa (3/9) seperti dikutip dari kumparan
Paus di Istana: Kekerasan Timbul karena Penguasa Memaksa Penyeragaman
Pemimpin gereja Katolik dunia Paus Fransiskus membahas soal kekerasan timbul karena penguasa yang memaksakan penyeragaman.
Hal itu ia sampaikan saat berpidato di depan Presiden Jokowi di Istana Merdeka.
Paus membahas munculnya konflik kekerasan di berbagai belahan dunia. Dia menilai hal itu terjadi kurangnya sikap saling menghargai, dan dari keinginan intoleran untuk memaksakan kepentingan sendiri.
"Kadang-kadang, ketegangan-ketegangan dengan unsur kekerasan timbul di dalam negara-negara karena mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan segala sesuatu dengan memaksakan visi mereka," kata Paus Fransiskus di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (4/9).
Paus juga membahas soal kurangnya komitmen menerapkan prinsip keadilan sosial. Dia berkata hal itu bisa memperbesar konflik yang ada.
"Akibatnya, sebagian besar umat manusia terpinggirkan, tanpa sarana untuk menjalani hidup yang bermartabat dan tanpa perlindungan dari ketimpangan sosial yang serius dan bertumbuh, yang memicu konflik-konflik yang parah," ujarnya.
Lalu ia memuji komitmen Indonesia dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman. Dia mengatakan semangat Bhinneka Tunggal Ika menyatukan bangsa yang terdiri dari 714 suku bangsa.
Dia juga mengapresiasi komitmen perdamaian Indonesia di pembukaan konstitusi. Menurutnya, Indonesia punya modal baik dalam urusan toleransi dan perdamaian.
"Semoga Allah memberkati Indonesia dengan perdamaian, demi masa depan penuh harapan. Allah memberkati Anda sekalian!" kata Paus menutup pidatonya.***