Lalu lintas Jakarta menjadi persoalan serius sejak era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
Bang Ali, begitu dia disapa, mengaku jengkel dengan karut marut lalu lintas Ibu Kota.
Dikutip dari karangan Ramadhan KH, berjudul Bang Ali, Demi Jakarta 1966-1977, Bang Ali mengungkapkan bahwa para pengendara tampaknya sudah tidak lagi mengenal sopan santun berlalu lintas, tidak berperikemanusiaan, dan rasa kasihan.
"Yang paling paling melanggar disiplin dan kesopanan lalu lintas di Jakarta, nomor satu di tahun terakhir jabatan saya adalah bus kota. Kedua, sopir-sopir sipil yang mengemudikan kendaraan ABRI (TNI), yang lebih ABRI dari ABRI yang sebenarnya," kata Bang Ali dilansir dari tulisan tersebut, Minggu (7/9/2024).
Bang Ali menuturkan cerita saat dirinya menegur sopir truk milik TNI AL yang seenaknya berlalu lintas.
Dia menuturkan, sekali waktu dalam perjalanan menuju satu upacara di Menteng Wadas, dia langsung turun tangan menindak seorang sopir truk di jalan By Pass.
"Truk itu bermuatan pasir sebanyak 8 ton kendaraan itu bernomor SL sekian dengan seenaknya meluncur di tengah jalan tanpa menghiraukan mobil-mobil lain di belakangnya, walaupun terus diklakson, sopir itu tetap mengambil jalan di tengah-tengah," kata dia.
Mobil Bang Ali yang berada tepat di belakang truk itu pun membunyikan klakson. Namun tetap saja suara klakson itu tidak dihiraukan oleh sopir truk
"Saya suruh sopir saya mengejar truk itu, tapi sopir truk tetap bandel. Saya suruh truk itu berhenti tidak berhenti juga, ia malahan mau melarikan diri. Akhirnya setelah kami kejar terus barulah truk itu berhenti di tengah jalan," ujarnya.
Setelah truk itu berhenti, Bang Ali langsug turun dari mobil. Setengah berteriak, ia meminta sang sopir truk itu untuk segera turun.
"Truk siapa ini" tanya saya.
"Truk ALRI (TNI AL) Pak." jawab sang sopir.
"Mana surat tugas dan SIM-mu." Sopir truk memperlihatkan surat-surat yang yang ada padanya.
"Apa saudara tidak merasa bersalah."
"Tidak Pak," jawabnya.
"Kan boleh saja jalan di sebelah kanan.
Tempelang Sopir Truk
Tanpa berkata apa-apa lagi, Bang Ali langsung mengempaskan tangan dan telapaknya menimpa pipi sang sopir truk.
"Kalau bawa muatan berat, apa boleh jalan di tengah," kata saya sebelum sopir menjawab, melayang lagi tamparan saya yang kedua kalinya.
"Apa saudara tidak tahu, ini jalan jalur cepat. Mau seenaknya saja memakai jalan ini seperti jalanmu sendiri. Saudara tidak menghiraukan orang lain. Saudara memalukan ALRI saya juga dari ALRI. Saya beri sopir untuk peringatan keras jadi ABRI jangan sembarangan," kata saya lagi sebelum saya naik kendaraan.
Di dalam mobil, Bang Ali masih bersungut-sungut. Dikira karena sudah ABRI, boleh maunya malahan seharusnya sebaliknya ia harus memperlihatkan contoh yang baik kepada rakyat terutama disiplin diperlukan dalam segala bidang.
"Sepanjang jalan, Saya masih mangkel. Ini bukan lelucon satu April, memang terjadinya pada tanggal 1 April dan bukan pula disebabkan saya membawa wartawan maka saya bertindak demikian," kata pria yang menjabat gubernur DKI Jakarta pada 28 April 1966 – 11 Juli 1977 ini.