Elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta lebih tinggi daripada Pramono Anung.
Namun demikian, pasangan Pramono Anung-Rano Karno tidak bisa dipandang sebelah mata.
Analisis itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Rabu (28/8/2024).
Diketahui, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengusung pasangan Pramono-Rano di Pilkada Jakarta 2024.
Burhanuddin berpendapat, Pramono Anung memiliki modal untuk maju di Pilkada Jakarta jika mau bekerja maksimal, dan pesimisme sebagian orang tentang pasangan itu bisa terbantah.
“Kalau misalnya mau bekerja maksimal, saya kira pesimisme itu bisa dibantah, paling tidak itu tidak sepesimis hasil yang banyak disampaikan oleh netizen, dan Mas Pram punya modal untuk itu,” ucapnya.
“Memang hitung-hitungan di atas kertas sekarang, jauh sekali elektabilitas Mas Pram sama Ahok, Ahok jauh lebih elektabel,” katanya.
Ia kemudian mengingatkan pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Menurutnya, Anies Baswedan baru muncul sebagai calon kuat hanya empat bulan menjelang putaran pertama.
“Tapi kalau kita lihat ke belakang, Anies baru muncul sebagai calon kuat di 2017 itu Bulan November 2016, hanya empat bulan sebelum pilkada putaran pertama,” katanya.
“Kemudian Jokowi di pilkada 2012, itu lima bulan sebelum pilkada itu elektabilitasnya cuma lima persen lho,” imbuhnya.
Artinya, jangan langsung melihat bahwa pengusungan Pramono-Rano ini merupakan gerakan dari kalangan elite dan seolah-olah PDI Perjuangan mengalah di Pilkada Jakarta, serta langsung menyerahkan pada Ridwan Kamil.
“Kasih kesempatan untuk Mas Pram dan PDI Perjuangan untuk membukitkan bahwa calon yang mereka usung ini calon yang layak untuk dipilih,” ucapnya.
“Ridwan Kamil ataupun Suswono tidak boleh memandang sebelah mata,” ujarnya.
Dalam dialog itu, Burhanuddin tidak membantah bahwa Pramono Anung bisa dikatakan sangat dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Tapi di sisi lain, Pramono juga memiliki kinerja yang baik dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Kondisi itu membuat posisinya sangat strategis.
“Memang Mas Pramono Anung ini punya posisi yang sangat strategis dan secara personal bukan seorang figur yang konfliktual, beliau lebih banyak bekerja di belakang layar,” katanya.
“Jadi bayangkan, di situasi ketika hubungan kedua tokoh ini sedang tidak baik-baik saja, Mas Pram bisa menjadi jembatan, dan bisa diterima juga oleh Pak Prabowo, oleh Mbak Puan, jadi ini figur yang menurut saya lebih menyatukan,” bebernya.