Rencana pembunuhan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh sebenarnya sudah diketahui pihak Amerika Serikat (AS).
Klaim tersebut disampaikan Menteri Intelijen Iran Esmail Khatib pada Jumat (2/8) waktu setempat, dalam sebuah pesan belasungkawa untuk mendiang Haniyeh.
Haniyeh tewas di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu, tempat ia menginap untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.
Dalam pernyataannya, Khatib mengutuk pembunuhan Haniyeh dan menyebutnya sebagai “kerugian besar” bagi dunia Islam.
“Pembunuhan syahid Ismail Haniyeh yang dilakukan oleh penjajah Zionis dengan lampu hijau dari Amerika Serikat, sekali lagi menunjukkan kekejaman rezim Zionis,” ungkapnya, seperti dikutip dari kantor berita IRNA, Sabtu (3/8).
Sumber menyebutkan Haniyeh dibunuh dengan bom yang diledakkan dari jarak jauh yang diselundupkan ke wisma tamu di kompleks yang dijaga ketat oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC). Bom tersebut dilaporkan meledak di kamar Haniyeh, menewaskan pemimpin Hamas dan salah satu pengawalnya, dan meruntuhkan sebagian dinding luar gedung.
Teheran dan Hamas sama-sama menuduh Yerusalem Barat sebagai pelaku pembunuhan tersebut, yang tidak dikonfirmasi maupun dibantah Hamas.
Namun, laporan media mengklaim bahwa pejabat intelijen Israel memberi pengarahan kepada Washington dan pemerintah Barat lainnya mengenai rincian pembunuhan tersebut segera setelah kejadian.
Haniyeh dimakamkan di sebuah pemakaman di Lusail, sebelah utara ibu kota Qatar, Doha, dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh ribuan pelayat.