Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa NU harus berada di atas negara, bukan di bawah partai.
Gus Yahya menyatakan inti dari ungkapannya berasal dari pesan Mustasyar PBNU Ahmad Mustofa Bisri atau yang karib disapa Gus Mus.
"Saya dan teman-teman PBNU sowan mustasyar KH Mustofa Bisri, mohon pesan, wasiat beliau kepada kami, dan beliau mengatakan NU harus berada di atas negara," kata Gus Yahya dalam amanat pelantikan PWNU Jateng di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Sabtu (3/8).
Dia bilang bahwa pesan Gus Mus itu dapat diartikan bahwa NU harus menundukkan kepentingannya, termasuk mengatasi berbagai macam kepentingan parsial yang ada di Indonesia.
Menurutnya, pesan Gus Mus akan membawa NU mampu untuk terus berkontribisi menyangga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Jadi di bawah negara saja tidak boleh, apalagi di bawah partai, tidak boleh. Ini penting untuk dipahami," kata Gus Yahya.
Kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini menyatakan telah memiliki rencana penataan ulang besar-besaran di tubuh PBNU.
Terdapat tiga matra yang disebutnya yaitu, matra tata kelola organisasi menyangkut berbagai macam mekanisme, regulasi, prosedur-prosedur dalam pembuatan keputusan. Termasuk kuva metode atau model administrasi.
Kemudian matra agenda organisasi yaitu menyangkut desain, suatu rancangan nasional yang terkonsolidasi mulai dari pusat sampai daerah. Matra kedua ini akan dijalankan sampai tiga tahun ke depan.
"Matra yang ketiga adalah matra sumber daya, yaitu menyangkut sumber daya manusia dan sumber daya pembiayaan. Gampangnya duit karena organisasi ini butuh biaya," katanya.
Dia pun mengatakan bahwa dalam memimpin PBNU sudah izin kepada Gus Mus untuk tidak peduli dengan hal-hal di sekelilingnya.
"Lek, kulo pamit ajeng ndablek gangsal tahun (Paman, saya pamit hendak tidak peduli lima tahun, red). Karena saya tahu pasti hal ini akan menimbulkan macam-macam konsekuensi yang mungkin buat banyak orang menggelisahkan," katanya.
Ditemui terpisah seusai pelantikan, Gus Yahya menegaskan terkait rencana mengambil alih PKB yang kini dipimpin Muhaimin Iskandar.
Dia menggunakan metafora sebuah mobil yang dipasarkan lalu sudah dibeli konsumen, tetapi ditarik kembali karena kesalahan sistem produksi.
"Kemarin ada Toyota memproduksi mobil, sudsah dilempar ke pasar, sudah laku, ternyata ada kesalahan sistem di mobil itu, akhirnya ditarik kembali mobilnya untuk diperbaiki sistemnya," katanya, sambil lalu.(mcr5/jpnn)
Sumber Berita / Artikel Asli : JPNN