Aksi teatrikal mewarnai 'Jogja Memanggil' di depan Istana Kepresidenan Yogyakarta atau Gedung Agung, Selasa (27/8).
Aksi teatrikal pertama dimulai dengan sebuah boneka Jokowi digantung oleh demonstran.
"Gantung Jokowi, gantung Jokowi," teriak massa aksi.
Aksi teatrikal ini sebagai bentuk kekecewaan massa aksi kepada Jokowi. Di akhir pemerintahannya Jokowi dinilai terus-terusan membabat demokrasi.
Selanjutnya, demonstran bertopeng memerankan Prabowo Subianto. Dalam aksi itu diperagakan Prabowo dipenggal menggunakan guillotine atau alat pancung.
"Prabowo akan dilantik dan jelas akan melanjutkan parade penindasan kepada rakyat,"" katanya.
"Adili ganyang Prabowo di sini," ujar massa aksi.
Sebelumnya, Reformatik perwakilan Jogja Memanggil menjelaskan Jokowi tak layak untuk menjabat hingga akhir periode.
"Itu tuntutan yang juga muncul di banyak kota dan daerah," kata Reformatik.
Dia mengatakan dengan berbagai hal yang dilakukan Jokowi, massa memberikan penilaian buruk pada Jokowi.
"Menandakan bagaimana kita melihat raport yang buruk dari Jokowi. Dia tidak layak melanjutkan kepemimpinannya sampai akhir periode" bebernya.
Lanjutnya selain pada rezim ini, massa aksi menilai rezim selanjutnya setelah Jokowi juga perlu diwaspadai.
"Maupun nanti penerus di era Prabowo-Gibran masih akan menghadapi ancaman yang sama," bebernya seperti dikutip dari kumparan
Dalam aksi yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB itu, mahasiswa terus bergantian berorasi tentang kebijakan Jokowi selama memimpin. Salah satunya dugaan ambisinya membangun dinasti, dengan jalan merekayasa aturan-aturan untuk memuluskan jalan politik anak-anaknya. Mulai dari mengotak atik aturan syarat usai calon presiden dan wakil presiden hingga terbaru syarat usia kepala daerah.
Rezim Jokowi dinilai juga telah merusak sistem kenegaraan yang ada. Pelecehan konstitusi terjadi selama kepemimpinan Presiden Jokowi. “Gerakan ini menolak segala pelecehan, kerusakan sistem kenegaraan, konstitusi di eksekutif dan legislatif,” ungkap salah satu massa aksi, Reformati.***