Baru-baru ini, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh kabar lima kader Nahdlatul Ulama (NU) yang melakukan pertemuan dengan Presiden Israel.
Hal ini menimbulkan kekecewaan publik, terutama di tengah maraknya seruan boikot terhadap Israel.
Ketika umat Islam di seluruh dunia berusaha memboikot Israel, langkah lima kader ini dianggap bertentangan dengan semangat tersebut.
Rocky Gerung, melalui channel YouTube pribadinya, menanggapi kontroversi ini dengan pandangan yang tajam. Menurutnya, tindakan kader NU tersebut merupakan hasil dari siasat diplomatik Israel.
Rocky Gerung menjelaskan bahwa dalam sejarah diplomasi, terutama sejak abad ke-15, kekuatan besar selalu menggunakan dua metode: serangan militer dan persuasi atau hegemoni.
Menurutnya Israel memanfaatkan soft diplomacy untuk mencapai tujuannya. "Israel tahu bahwa Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan negaranya dan mayoritas penduduknya Muslim," ujarnya.
Israel menganggap bahwa menundukkan Indonesia secara naratif lebih mungkin daripada melalui kekuatan militer.
"Kelihatannya, strategi Israel sudah berjalan mungkin sejak 56 tahun lalu, memprediksi bahwa yang paling efektif adalah masuk melalui NU," tambahnya.
Rocky juga menyebutkan bahwa ketegangan internasional yang melibatkan Israel masih tinggi, terutama dengan pemerintahan konservatif Benjamin Netanyahu dari Partai Likud.
Dalam kondisi ini, Israel memanfaatkan operasi intelijen untuk mendekati Indonesia, sebuah metode yang juga digunakan pada masa pemerintahan Soeharto.
"Operasi intelijen Israel sudah ada sejak zaman Soeharto, meskipun tidak ada hubungan diplomatik, perdagangan bisa dilakukan melalui pihak ketiga," ungkap Rocky.
Rocky menyoroti bahwa organisasi besar seperti NU memiliki kerentanan yang bisa dimanfaatkan melalui soft diplomacy."NU punya kemampuan untuk mendeteksi dini, namun lima kader ini mungkin sudah menjadi target dari awal oleh Mossad," katanya.
Hal ini menunjukkan betapa rentannya kader-kader organisasi besar terhadap manipulasi diplomatik.
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan terhadap strategi diplomatik yang digunakan oleh negara-negara lain.
Kader-kader NU yang terlibat dalam pertemuan dengan Presiden Israel mungkin saja menjadi bagian dari strategi yang lebih besar.
Bagi Indonesia, terutama organisasi-organisasi besar, penting untuk selalu waspada dan mampu mendeteksi dini upaya-upaya diplomatik yang bisa merugikan.***