Jembatan Barelang di Batam, Kepulauan Riau jadi bahan perbincangan publik setelah dirukiah warga dengan melibatkan Ketua yayasan Muhammad Candra P. Pusponegoro, Jumat (18/7).
Candra mengatakan, rukiah ini bukan tanpa sebab. Pasiennya yang mengalami depresi hingga gangguan kejiwaan mengaku mendapat bisikan untuk bunuh diri di jembatan tersebut. Bahkan, kepolisian juga ikut terlibat agar kasus bunuh diri tak terjadi di jembatan itu.
"Ya kalau kemarin karena Jembatan Satu Barelang itu di bawah wilayah hukumnya Polsek Sagulung, Kota Batam lah itu, Polsek Sagulung sudah membentangkan spanduk," kata Candra saat dihubungi kumparan, Minggu (21/7).
"Jadi ada spanduk jangan bunuh diri, jangan bunuh diri di sini atau di tempat lain. Kalau ada masalah datang ke tempat konsultasi atau ke psikiater gitu, kan. Ya, ada imbauan-imbauan itu, ya, itu yang dari kepolisian," ucap Candra.
Ditpam BP Batam yang dikomandoi oleh Koordinator Pos Ditpam BP Batam Amron Manullang juga turut melakukan patroli di jembatan itu. Candra menyebut, patroli dilakukan setiap 2 jam.
"Nah, itu dia tiap 2 jam itu patroli, jadi mengawasi pengunjung atau mereka berkoordinasi dengan pedagang, jadi mengamati kalau ada yang duduk terus menjulur-julur kakinya, itu biasanya lapor ke petugas," tuturnya.
Jembatan Barelangmerupakan ikon kota Batam yang kerap dikunjungi wisatawan.
Menurut Candra, semua pasien yang berobat padanya mengaku dibisiki untuk bunuh diri di jembatan itu, padahal mereka belum pernah sama sekali ke sana, tapi mereka tahu di mana lokasi jembatan itu.
Selain dari keluhan pasiennya, Candra juga mengamati tingginya kasus bunuh diri dalam waktu yang berdekatan di jembatan tersebut. Ia pun mengaitkan keluhan pasiennya dengan kasus itu.
Selain rukiah, Candra juga melaksanakan salat gaib di jembatan tersebut. Tujuannya untuk mendoakan jenazah atau arwah agar mendapat ketenangan.