PP Muhammadiyah kembali memberikan beasiswa untuk sejumlah warga Palestina setelah sebelumnya juga melakukan hal serupa bagi warga Palestina yang berprestasi.
Setidaknya ada delapan warga Palestina yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah di universitas Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Mereka adalah Yahya Saleem (UMY), Mar'ah Muqbil (UHAMKA), Mahmoud A. M. Bolad (UMS), Sameh H. H. Fuqaha (UMY), Dr Salem M. A. Salem (UM Surabaya), Dr. Mohammed Saleh (UMY), Dr. Issam Ayyash (UMY) dan Dr. Ayman Aldirawi (UMY).
Hal ini sekaligus menegaskan dukungan Muhammadiyah untuk mendukung kemerdekaan Palestina, salah satunya dengan mendukung penguatan SDM.
Sebagaimana disampaikan Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Muhamad Rofiq Muzakkir, pentingnya setiap upaya, sekecil apapun, dalam perjuangan pembebasan Palestina.
Dia mengajak untuk tidak meremehkan peran siapapun, karena setiap langkah yang diambil memiliki potensi untuk menciptakan dampak positif.
“Jangan pernah menganggap peran kita, apapun itu, dengan anggapan yang remeh. Setiap tindakan yang kita lakukan benar-benar akan menciptakan perubahan. Kita jangan sibuk sendiri,” ucap Rofiq dalam acara Santri Cendekia Forum yang diselenggarakan Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.
Rofiq menekankan bahwa solidaritas dan kepedulian terhadap Palestina harus diwujudkan melalui tindakan nyata.
Menurutnya, pesan simbolik seperti berpartisipasi dalam demonstrasi atau mendirikan kemah solidaritas sangat penting untuk menunjukkan sikap anti terhadap tindakan genosida yang terjadi di Palestina.
Di sisi lain, Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapat kritik dari publik setelah lima cendekiawan dan penelitinya bertemu dengan Presiden Israel yang mendukung pendudukan ilegal di wilayah Palestina.
Foto-foto lima anggota Nahdliyin yang bertemu dengan pejabat tinggi Israel beredar dan mendapat kecaman di media sosial.
Hal ini terjadi sementara Israel masih melakukan agresi dan tindakan genosida di Gaza, Palestina, yang menyebabkan banyak korban sipil, termasuk lansia, perempuan, dan anak-anak.
Saat ini, setidaknya 35.000 orang tewas akibat serangan Israel.
Kelima orang itu di antaranya Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun dan Izza Annafisah Dania. Hingga saat ini masih belum jelas kapan dan maksud pertemuan tersebut.