Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Jokowi Dituding Bangkitkan Neo Orde Baru di Diskusi Kasus Kudatuli PDIP

foto

Orde Baru Jilid II atau Neo Orba menjadi salah satu sorotan utama dalam peringatan 28 tahun peristiwa 27 Juli 1996 atau Kudatuli yang digelar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP. Neo Orba dilekatkan pada segala upaya Presiden Joko Widodo dalam mempertahankan kekuasaannya melalui pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto mendatang.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengaku sepakat atas pernyataan eks aktivis gerakan reformasi Partai Rakyat Demokratik (PRD) Wilson Obrigados yang menyebut Orde Baru sedang dibangkitkan oleh Jokowi.

"Yang tadi dikatakan Bung Wilson ini sepertinya ada Neo Orde Baru Jilid II, betul? Itu tadi kesimpulan dari Bung Wilson," kata Hasto saat mengisi acara diskusi bertajuk "Kudatuli, Kami Tidak Lupa" di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 20 Juli 2024. Kudatuli adalah peristiwa penyebuan kantor PDI pro Megawati Soekarnoputri oleh massa pro Suryadi yang dituding didukung pemerintahan saat itu.

Senada dengan itu, Ketua DPP PDIP Bidang Kesehatan Ribka Tjiptaning menilai pemerintahan Jokowi telah membangkitkan kembali Orde Baru. Dia turut mengajak para kader PDIP untuk berani mengkritik dan melawan rezim Jokowi.

"Hati-hati. Tadi Bung Wilson bilang ini neo Orba sudah mau muncul lagi. Maka kita harus bersatu untuk melawan Jokowi," tutur Ribka pada kesempatan yang sama.

Adapun Wilson mengungkap bahwa politik Orde Baru sedang dibangun oleh pemerintahan Jokowi sekarang. Dia mencontohkan sejumlah peristiwa yang mengindikasikan kemunculan Neo Orba ini, seperti putusan Mahkamah Konstitusi untuk mengubah aturan untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 demi memuluskan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, sebagai wakil presiden.

Selain itu, Wilson juga menyinggung soal upaya memuluskan langkah Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi, maju di Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2024 melalui gugatan dj Mahkamah Agung (MA). "Ini persoalan satu kekuasaan yang sudah mulai keluar dari rule of law," ujar Wilson.

Wilson turut menerangkan kekhawatirannya atas pemerintahan Prabowo mendatang. Dia menilai bahwa pemerintahan Prabowo mendatang akan tetap berada dalam bayang-bayang Jokowi yang sebelumnya telah banyak melakukan pelanggaran konstitusi.

"Rezim ke depan nanti akan mengabdi pada kekuasaan kelompok dan dinasti. Itu bahaya bagi demokrasi. Menurut saya itulah Orde Baru Jilid II," ucap Wilson.

Berkenaan dengan itu, aktivis Universitas Indonesia (UI) Melki Sedek Huang menyebut pemerintahan yang akan datang sangat bergantung pada cara memperoleh kekuasaan di awal. Menurut dia, pemerintahan Prabowo-Gibran telah diawali dengan berbagai macam pelanggaran etik.

"Tidak akan sulit untuk mengatakan bahwa konsepsi hukum, demokrasi, dan gagasan kenegaraan sudah pasti akan terbengkalai," kata Melki.

Mantan Ketua BEM UI itu turut menyebut bahwa gerakan mahasiswa tetap menjadi salah satu kekuatan untuk mengawasi pemerintahan yang akan datang. Gerakan mahasiswa, kata dia, berperan untuk menyuarakan keresahan-keresahan yang ada di masyarakat.

"Sudah tentu akan selalu ada gerakan mahasiswa yang mencoba menjawab dan menjadi antitesis bagi kekuasaan," tuturnya seperti dilansir dari tempo

Sikap Presiden Joko Widodo yang telah melupakan akar dan tempat di mana ia tumbuh hingga menjadi seperti saat ini, dikritik Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning.

Kritikan itu disampaikan Ribka dalam diskusi publik peringatan 28 tahun Kudatuli bertajuk "Kudatuli, Kami Tidak Lupa" di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Sabtu (20/7).

Menurut Ribka yang berlatar belakang dokter, Jokowi bisa lupa akar karena diduga salah minum obat.

“Emang Jokowi udah lupa, salah minum obat apa bagaimana ya?” ujarnya.

Ribka menegaskan, seorang pemimpin sejati itu sedianya memiliki kepemimpinan yang baik. Bukan melupakan akar tempat di mana ia ditempa dan besar hingga menjadi orang nomor satu di republik Indonesia.

“Pemimpin itu punya leadership akan ingat siapa yang membesarkan, kalau sudah lupa jangan-jangan salah minum obat? Jokowi harus ketemu saya dulu biar normal lagi, kita suntik,” kelakarnya disambut riuh tawa peserta diskusi.

Di sisi lain, Ribka menyinggung soal betapa pentingnya peristiwa Kudatuli sebagai tinggal sejarah yang melahirkan reformasi 1998.

Menurutnya, tanpa Tragedi Kudatuli atau kerusuhan dua puluh tujuh Juli 1996, tidak akan lahir reformasi dan kebebasan seperti saat ini.

“Tidak ada Kudatuli atau 27 Juli tidak ada reformasi. Reformasi itu adalah tonggaknya adalah kasus 27 juli,” kata Ribka.***

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved