Lima tokoh Nahdlatul Ulama (NU) muda yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog akhirnya mendapat sanksi tegas dari PBNU. Kelima Nahdliyin itu adalah Zainul Maarif, Munawir Aziz, Sukron Makmun, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania kini telah diberhentikan.
Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) menegaskan kelimanya sudah diberhentikan. Menurutnyam kelimanya diberhentikan dari badan otonom (banom) yang berada di bawah naungan PBNU.
"Oh sudah diberhentikan, kan sudah dinyatakan diberhentikan. Mereka itu pengurus banom-banom. Dan banom-banom sudah disuruh mengeluarkan instruksi berhenti atau diberhentikan," kata Gus Fahrur di Masjid Al Akbar Surabaya usai menghadiri Kajian Tafsir Al-Jailani Bersama Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani, Jumat (19/7/2024).
"Baru saja kan PWNU DKI Jakarta kan sudah menyatakan pemberhentian ke tokoh itu. Jadi pemberhentian ini berlaku untuk kelima orang itu, dan sudah diberhentikan," tambahnya.
Gus Fahrur menegaskan kelima tokoh Nahdliyin tersebut pasti akan diberhentikan suka atau tidak suka. Sebab, kelimanya sudah tidak memiliki empati atas kejadian di Palestina.
"Yang memang saya tahu yang DKI Jakarta sudah menyatakan pengumuman pemberhentian. Tapi intinya harus berhenti suka atau tidak suka," tegasnya.
"Karena itu hukuman, PBNU menunjukkan soliditas kita untuk mendukung Palestina, bahwa kita ini tidak ada keraguan dan tidak berubah bahwa kita mendukung penuh kemerdekaam Palestina," tambahnya.
Pengasuh Ponpes An-Nur 1 Bululawang Malang ini menegaskan, komitmen PBNU mendukung kemerdekaan Palestina dengan memberhentikan lima tokoh Nahdliyin tersebut.
"Dikira kita main-main, kita betul-betul berdiri mendukung kemerdekaan Palestina dan ini jadi pelajaran supaya yang lain tidak begitu," jelasnya.
"Urusan ke luar negeri itu urusan besar dan harus sesuai koordinasi serta sepengetahuan PBNU," tegas Gus Fahrur.
Berikutnya tanggapan terkait munculnya foto lama Ketum PBNU Gus Yahya bertemu Benjamin Netanyahu
Gus Fahrur juga menanggapi terkait munculnya foto Ketum PBNU, Gus Yahya ketika 2018 lalu bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto itu kembali viral di media sosial bersama dengan lawatan mendiang Gus Dur ke Israel di masa kepemimpinannya dulu.
Gus Fahrur menegaskan konteks pertemuan Gus Yahya kala itu, juga Gus Dur, berbeda dengan apa yang dilakukan oleh 5 tokoh muda Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel.
"Itu dalam konteks yang berbeda (pertemuan Gus Yahya dengan Netanyahu) dan situasi yang berbeda ya. Gus Dur juga. Jadi ada hal yang tidak bisa disamakan," jelas Gus Fahrur.
Gus Fahrur menyatakan banyak orang yang hanya melihat dari satu sisi pertemuan Gus Yahya dengan PM Israel kala itu. Demikian halnya yang terjadi saat Gus Dur berkunjung ke Israel.
"Semisalnya Gus Dur. Gus Dur dulu ketemu mereka dan ketemu Yasser Arafat, tapi orang melihatnya kan sepihak. Situasinya saat itu berbeda, dan betul-betul yang ditemui Gus Dur adalah orang Israel yang ingin perdamaian, yang ingin kemerdekaan untuk Palestina," jelasnya.
"Kan ada orang Israel yang ingin mengakui dan tidak mengakui Palestina. Yang ditemui Gus Dur itu yang moderat dan Yasser Arafat dan Gus Yahya juga begitu," tambahnya.
Menurut Gus Fahrur pertemuan yang dilakukan Gus Yahya pada 2018 silam sudah terukur dan membawa misi kemanusiaan.
"Jadi ada target-target yang sudah terukur dan dikoordinasikan sebelumya. Dan situasinya berbeda saat ini. Kalau sekarang ini genosida dan dunia sudah marah betul ini. Dan ada ketidakpekaan (yang dilakukan 5 tokoh Nahdliyin) atas situasi yang ada," jelasnya.
"Beda konteks dan beda kondisi yang melakukan pelanggaran ini," kata Pengasuh Ponpes An-Nur 1 Bululawang, Malang ini.
Atas ketidakpekaan 5 pengurus badan otonom NU itu, PBNU mengambil sikap tegas memberhentikan kelimanya usai mereka menemui Presiden Israel. Gus Fahrur yang menegaskan bahwa kelimanya sudah diberhentikan.
"Oh sudah diberhentikan, kan sudah dinyatakan diberhentikan. Mereka itu pengurus banom-banom. Dan banom-banom sudah disuruh mengeluarkan instruksi berhenti atau diberhentikan," kata Gus Fahrur.
"Baru saja kan PWNU DKI Jakarta kan sudah menyatakan pemberhentian ke tokoh itu. Jadi pemberhentian ini berlaku untuk kelima orang itu, dan sudah diberhentikan," tambahnya.
Gus Fahrur menyatakan kelima tokoh Nahdliyin itu pasti akan diberhentikan baik suka atau tidak suka. Sebab, kelimanya sudah tidak memiliki empati atas apa yang terjadi di Palestina saat ini.