Gibran Rakabuming Raka resmi mengundurkan diri sebagai Wali Kota Solo. Saat memberesi meja kerjanya, netizen menyoroti koleksi mainan mahal yang terpajang di meja tersebut.
Hal ini memicu komentar dari pengamat politik Rocky Gerung yang meragukan keintelektualan Gibran.
Rocky Gerung menilai bahwa seorang pemimpin harus memiliki hobi yang mencerminkan intelektualitas.
"Pemimpin itu kita mau lihat hobinya apa, lingkungannya apa. Ada hobi privat, tapi kalau hobi privat itu menonjol, artinya hobi publiknya enggak ada, seperti membaca buku sebagai hobi publik untuk mempersiapkan konsep-konsep begitu bangun pagi hari," ujar Rocky.
Rocky kemudian membandingkan Gibran dengan beberapa tokoh politik dalam dan luar negeri.
"Bill Clinton di meja kerjanya ada buku 'The History of Western Philosophy' karya Bertrand Russell. Ronald Reagan juga membaca 'Power Game' karena memahami kekuasaan dalam tradisi konservatisme," jelas Rocky.
Ia juga menambahkan bahwa Bung Karno dan Prabowo Subianto selalu dikelilingi buku di ruang kerja mereka. Bahkan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki dapur yang penuh dengan buku.
Rocky juga menyinggung keluarga Jokowi yang dianggapnya sebagai dinasti politik. "Orang mulai mengintip apakah ada pertukaran konseptual antara Pak Gibran dengan Pak Jokowi di keluarganya.
Keluarga yang secara politis tampil sebagai sebuah dinasti, seperti dinasti Kennedy, semua khatam dalam soal pertengkaran intelektual," tambahnya.
Rocky mengkritik bahwa mainan yang terpajang di meja kerja Gibran membuat orang sinis terhadap kapasitasnya sebagai pemimpin.
"Yang terbaca di meja Gibran itu adalah ya tamiah atau apa saja yang memungkinkan orang akhirnya sinis pada kapasitas Gibran sebagai seorang pemimpin nantinya," ujar Rocky.
Kritik Rocky Gerung ini menambah panas perdebatan mengenai kepemimpinan dan intelektualitas dalam politik Indonesia.
Bagaimana Gibran akan merespons kritik ini dan membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin masa depan? Hanya waktu yang akan menjawab.***