Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Elektabilitas Kaesang di Jakarta, menurut Litbang Kompas cuma 1 %. Kenapa masih ada saja pihak-pihak yang ingin memaksakan Kaesang maju di Pilgub DKI Jakarta?
Apakah Jokowi mau menyewa Qodari lagi untuk menyulap elektabilitas Kaesang?
Di Jakarta (mungkin juga di tempat lain), Kaesang sudah tidak lagu, gaya blusukan ala bapaknya sudah usang.
Walaupun kakaknya, Gibran juga sudah ikut bantu blusukan di Jakarta, Kaesang tetap ditolak warga Jakarta.
Blusukan ala Jokowi bagi warga yang cerdas dan galak memang menjadi jualan yang sudah sangat usang.
Rakyat semakin sadar kalau blusukan ala Jokowi yang selama 10 tahun jadi andalannya, ternyata hanya pencitraan dan pembohongan publik, karena semuanyatidak didukung oleh kemampuan dan kecakapan mengelola negara.
Awalnya blusukan ala Jokowi dianggap srbagai sikap yang merakyat dan sederhana, tapi pada akhirnya ketahuan bahwa semua itu hanya sebagai pencitraan, pura-pura dan pengelabuan. Gaya blusukan Jokowi ternysta masih ditiru anaknya, baik Gibran maupun Kaesang
Gaya-gaya Jokowi yang seolah merakyat terpatahkan dengan sikap Jokowi yang selalu mengabaikan, merendahkan, menelantarkan, menyengsarakan, bahkan menghisap darah rakyat.
Akhirnya kepercayaan dan penghargaan rakyat kepada Jokowi sudah hampir hilang sama sekali.
Adanya rilis dari lembaga survey bahwa tingkat kepuasan rakyat terhadap pemerintahan Jokowi yang masih di atas 75% adalah dusta dan sangat paradoks dengan fakta dan realita yang ada di masyarakat.
Sayangnya Jokowi yang selalu haus pujan terus saja memelihara surveiyor-surveoyor pelacur yang tidak pernah bertindak obyektif.
Ada beberapa alasan kalau Kaesang yang hanya bisanya blusukan harus ditolak warga Jakarta :
Pertama, Memilih Kaesang sama dengan memperpanjang kekuasaan Jokowi yang otoriter dan merusak tatanan berbegara
Kedua, Memilih Kaesang akan membuat para okigarki taipan leluasa meangacak-acak Jakarta demi kepentingan China dan mengorbankan warga Jakarta.
Ketiga, Memilih Kaesang yang bodoh, pemalas, tidak punya pengalaman, dan tidak berkepribadian baik sama saja menjadikan Jakarta diporak-porandakan
Keempat, Memilih Kaesang yang ingusan dan berasal dari partai gurem sama saja menghina para senior yang sudah malang Melintang di dunia politik dari partai-partai besar
Kelima, Memilih Kaesang yang banyak terjerat kasus korupsi (laporan Ubaidillah Badroen), bakal menjadikan Jakarta dipenuhi para koruptor, akhirnya hukum pun bakal diutak-atik untuk melegalkan korupsi
Bagi warga Jakarta tidak ada pilihan lain Kaesang harus ditendang dari kemungkinan memimpin Jakarta, sebelum Jakarta bernasib sama seperti pemerintahan Jokowi yang amburadul.
Bandung, 14 Muharram 1445