PT Wijaya Karya (Persero) Tbk alias WIKA menuding Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Whoosh menjadi biang kerok perusahaan rugi besar-besaran.
Perusahaan mencatat rugi sebesar Rp7,12 triliun sepanjang 2023. Kerugian bersih pun membengkak 11.860 persen dari kerugian pada 2022 yakni Rp59,59 miliar.
"Kami itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaan saja kami sudah Rp6,1 triliun," ujar Dikretur Utama WIKA Agung Budi Waskito dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (8/7).
"Kemudian yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun. Sehingga hampir Rp12 triliun," bebernya.
Lalu, bagaimana fakta-fakta perjalanan Whoosh?
Nilai investasi
Dalam pembangunannya, nilai investasi Whoosh naik drastis atau terjadi pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,2 miliar menjadi US$7,27 miliar atau setara Rp115 triliun (asumsi kurs Rp16 ribu per dolar AS).
Padahal semula biaya pembangunan hanya ditargetkan memakan dana US$5,13 miliar atau sekitar Rp82,08 triliun.
Anggaran itu jauh lebih murah dari penawaran Jepang yang memasang angka investasi di US$6,2 miliar atau setara Rp99,2 triliun.
Peresmian kereta cepat
Whoosh akhirnya diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Oktober 2023, padahal sebelumnya dijadwalkan meluncur 17 Agustus 2023 sebagai kado untuk HUT RI. Peresmian dilakukan di Stasiun Halim, Jakarta.
Saat peresmian itu, pemerintah mengumumkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang pertama di Indonesia dan juga Asia Tenggara bernama Whoosh.
Nama Whoosh dipilih terinspirasi dari suara yang melesat dari kereta berkecepatan tinggi tersebut. Selain itu, nama tersebut merupakan singkatan dari waktu hemat, operasi optimal, sistem hebat.
Dituding jadi beban dan buat WIKA rugi
WIKA menuding Whoosh menjadi penyebab kerugian perusahaan hingga Rp7,12 triliun.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito mengatakan perusahaan memang harus menghadapi beban bunga yang tinggi. Namun, kerugian WIKA lainnya disebabkan oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
PSBI adalah anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pemilik mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yakni mencapai 60 persen. Di lain sisi, WIKA mengampit 38 persen saham PSBI.
Imbas kerugian besar yang dialami perseroan, Agung menyebut WIKA harus mengumpulkan modal. Ini ditempuh dengan menerbitkan obligasi yang malah membuat beban keuangan makin bengkak.
"Sehingga mau tidak mau untuk uang ini, mau tidak mau, WIKA juga harus melakukan pinjaman melalui obligasi ya. Apalagi dengan adanya bisnis properti yang kita memberikan surat hibah lahan (SHL) cukup besar pada kurun waktu 2019-2022," jelasnya.
Hingga kini, Whoosh belum memberikan respons atas tudingan WIKA. Seperti di kutip dari CNN Indonesia
Proyek Kereta Cepat Whoosh yang menghabiskan anggaran besar, dituding menjadi penyebab kerugian perusahaan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Manajemen WIKA memaparkan bahwa Perusahaan menanggung kerugian hingga Rp7,12 triliun pada tahun buku 2023. Angka itu membumbung tinggi sebesar 11.860 persen dari kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp59,59 miliar.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan, beban bunga yang tinggi menjadi salah satu faktor tingginya angka kerugian.
"Pertama adalah beban bunga yang memang cukup tinggi. Yang kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 itu kita juga sudah mulai mencatat adanya kerugian dari PSBI atau Kereta Cepat yang tiap tahun juga cukup besar," kata Agung, saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Jumat (12/7).
PSBI adalah anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pemilik mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yakni mencapai 60 persen.
Laporan keuangan WIKA pada 2023, tercatat bahwa sejumlah beban WIKA memang membengkak. Paling besar, beban lain-lain naik 310,16 persen menjadi Rp 5,40 triliun dan beban keuangan meningkat 133,70 persen sebesar Rp 3,20 triliun di tahun 2023.***