Eks Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengaku pernah dua kali diundang datang ke Tel Aviv oleh American Jewish Committee (AJC). Namun, dia menolak ajakan tersebut meski digoda bakal diberi uang.
"Saya dua kali diundang oleh organisasi yang sama American Jewish Committee untuk berkunjung ke Tel Aviv dan saya katakan tidak," kata dia saat ditemui di wilayah Jakarta Timur pada Kamis (18/7).
Din menilai siapa saja yang menerima ajakan dari American Jewish Committe dan memutuskan pergi ke Tel Aviv didorong aspek kebutuhan ekonomi semata.
Maka dari itu, dia menilai bohong apabila ada warga negara Indonesia yang pergi ke Tel Aviv dengan biaya pribadi.
"Saya dapat memastikan itu tidak lepas dari dukungan finansial, maka bohong besar kalau ada yang mengatakan 'Kami pergi dengan biaya sendiri'," ucap dia.
Adapun terkait dengan kepergian lima tokoh nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, Din mengatakan tindakan mereka tak berperasaan dan tak memakai akal sehat.
"Ini sungguh tindakan yang tidak berperasaan dan tidak berakal pikiran dan tidak mungkin tidak ada maksud terselubung," ujar dia.
Meski begitu, Din menilai tindakan yang dilakukan oleh lima tokoh nahdliyin itu hendaknya dijadikan sebagai pelajaran. Jangan sampai, peristiwa serupa terjadi lagi di kemudian hari.
"Ini adalah pelajaran, bagi rakyat dan warga negara, bagi umat Islam khususnya, janganlah bermain-main dan melakukan langkah-langkah di luar perasaan umat Islam, ini sungguh mengganggu, mengusik, dan menyakiti hati dan perasaan umat Islam di Indonesia," ungkap dia seperti dilansir dari kumparan
Terkait kepergian lima tokoh Nahdliyin yang menemui Presiden Israel Isaac Herzog, Din mengatakan tindakan mereka tidak berperasaan dan tidak menggunakan akal sehat.
“Ini adalah tindakan yang sama sekali tidak masuk akal dan tidak masuk akal dan tidak ada motif tersembunyi,” katanya.
Lima cendekiawan NU itu yakni Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun dan Izza Annafisah Dania.
Hingga saat ini belum diketahui maksud atau tujuan pertemuan Rabbi Yaakov ataupun lima Nahdliyin bersama Presiden Israel itu.
Namun, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengecam keras lima Nahdliyin yang bertemu Presiden Israel Isaac Herzog baru-baru ini.
Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla menganggap pertemuan Nahdliyin di tengah agresi Israel ke Palestina itu sebagai sebuah tindakan yang tidak dapat diterima.
Senada, Ketua PBNU Mohamad Syafi' Alielha atau Savic Ali menilai apa yang dilakukan lima Nahdliyin itu sebagai tindakan orang yang tidak memahami kondisi geopolitik dan tidak mengerti kebijakan NU secara organisasi.***