Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Sohibul Iman dan Waketum Partai NasDem Ahmad Ali beradu argumen terkait Anies Baswedan merupakan habitat Islam atau bukan jelang Pilkada 2024.
Lantas bagaimana sebetulnya habitat atau wajah politik Anies Baswedan selama ini?
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengungkap sebetulnya ada 3 fase metamorfosis wajah politik atau habitat Anies Baswedan di dunia politik. Dia menyebut fase pertama yakni Anies yang inklusif, toleran, dan moderat.
"Saya kira ada 3 fase yang bisa dijadikan sebagai parameter untuk melihat metamorfosis politik dari Anies Baswedan. Fase pertama adalah fase Anies Baswedan yang dianggap sebagai sosok Islam yang inklusif, toleran, dan moderat, ini tentu tidak terlepas dari sosok Anies yang selalu dikait-kaitkan dengan sosoknya yang masih memiliki keturunan Arab dan didasarkan atas organisasi yang diikuti sejak mahasiswa yaitu HMI, karena HMI itu adalah organisasi yang saya kira turut mendamaikan antara ketegangan Islam dan politik yang terjadi sejak prakemerdekaan dan pascakemerdekaan," jelasnya.
"Jadi ketika Anies ikut HMI maka disebut sosok yang memiliki wawasan dan orientsai politik yang islam moderat, ditambah misalnya Anies adalah mantan Rektor Paramadina yang memiliki background pendidikan luar negeri. Jadi tiga hal ini kemudian tegaskan Anies pada fase pertama adalah sosok yang dinilai berasal dari kalangan Islam inklusif, toleran, dan moderat," lanjutnya.
Kemudian, Adi menilai Anies sempat bermetamorfosis sebagai nasionalis religius. Ini, kata dia, ditandai saat Anies mendeklarasikan NasDem yang dulu masih belum menjadi partai politik dan ketika Anies menjadi tim sukses Jokowi.
"Anies kemudian bermetamorfosis sebagai sosok nasionalis religius, terutama misalnya ketika Anies menjadi Deklarator NasDem sebelum menjadi partai politik ya, karena apapun NasDem itu nasionalis yang religius, yang mencoba combine bagaimana nilai-nilai nasionalis dan religiusitas bisa dikawinkan dalam praktik politik, plus ketika Anies menjadi bagian dari tim suksesnya Jokowi juga dinilai sebagai kalangan nasionalis yang religius, karena Anies mampu berkoalisi dan bekerja sama dengan pihak-pihak yang nasionalis terutama Jokowi yang dinilai sebagai representasi nasional ya," ucapnya.
Kemudian, Adi menyebut Anies kembali bermetamorfosis pada 2017 ketika perhelatan Pilgub Jakarta. Menurutnya, saat itu, Anies berubah menjadi Islam garis kanan.
"Kemudian ketiga wajah politik Anies yang dinilai sebagai Islam kanan, ini tidak terlepas dari Anies yang maju dalam Pilgub Jakarta di mana para pendukung utamanya adalah mereka yang dinilai sayap kanan, terutama gerakan 212, ataupun kelompok Islam yang selalu mengedepankan jargon-jargon agama, baik dari segi ormas maupun agama. Dari konteks itu sebenarnya ingatan publik terhadap Anies Baswedan dinilai sebagai Islam kanan. Bahkan kalau kita baca angka-angka statistik, pemilih Anies itu adalah Islam-Islam yang dinilai kanan ya, karena basis orientasi politik mereka agak sedikit rigid, agak sedikit tidak kontekstual dalam melihat perkembangan hubungan Islam dan nasionalisme," ujar dia.
"Wajah Islam kanan itu yang sampai hari ini cukup melekat dibawa juga sampai Pilpres 2024 di mana memang mayoritas pendukung Anies itu beririsan dengan Islam kanan," lanjut dia.
Lantas, apa wajah Anies Baswedan yang terekam saat ini di publik? Adi menilai Anies sekarang condong menjadi Islam kanan.
Publik, kata dia, masih menganggap Anies sebagai lawan dari nasionalis dan nasionalis religius.
"Kalau saya melihat kecenderungan rata-rata wajah Anies Baswedan itu per hari ini ya adalah sebagai sosok yang dinilai Islam kanan ya, yang saya kira selalu dihadap-hadapkan dengan segmentasi nasionalis dan nasionalis religius atau nasionalis inklusif," tuturnya.
Terlepas dari itu, Adi melihat perdebatan Sohibul dan Ahmad Ali ini ada kaitannya dengan pencalonan di Pilkada 2024.
Dia menyebut Sohibul tengah berusaha menghilangkan anggapan bahwa dia beririsan dengan Anies.
"Pernyataan Sohibul Iman itu sebagai upaya untuk hilangkan kesan bahwa Anies adalah Islam kanan, tentu untuk memperbesar ceruk simpatik dan pemilih supaya pendukung Anies itu bukan lagi dari kalangan Islam-Islam yang selama ini disebut kanan, Islam rigid, tapi Anies adalah wajah yang secara politik ketika menjadi Gubernur Jakarta itu sebenarnya begitu banyak untungkan semua pihak termasuk kelompok minoritas, itu yang ingin ditegaskan Sohibul Iman," tuturnya.
"Ini juga sebagai upaya memperkuat pasangan AMAN, karena apapun Sohibul Iman itu dianggap mewakili kelompok Islam, apalagi beliau mantan Presiden PKS yang saya kira segmentasi pemilih Islam akan dikapling dan dikapitalisasi oleh Sohibul Iman, sedangkan Anies akan dibiarkan menjadi sosok relatif inklusif, terbuka, dan nasionalis, jadi bagi saya pernyataan Sohibul Iman sebagai upaya supaya duet AMAN tidak dikaitkan dengan duet yang tidak menguntungkan karena dinilai sama-sama berwajah Islam kanan," sambung dia.