Pakar tata negara dan pengacara ternama, Refly Harun, mengeluarkan pernyataan terkait arah dukungannya terhadap PKS.
Refly Harun menyatakan bahwa ia tidak lagi mendukung PKS jika partai tersebut memilih untuk berkoalisi dengan Prabowo-Gibran.
“Sebagai pemilih PKS ya saya declare tahun 2024, saya memilih PKS karena saya berharap PKS menjadi partai yang konsisten berada di luar orbit Prabowo-Gibran dan berada pada orbit Anies Baswedan, jadi saya juga berharap PKS menjadi oposisi bersama PDIP,” ungkapnya
Menurut Refly Harun, jika PKS memilih untuk bergabung dengan pemerintahan, maka ia akan mencoret PKS dari kamus politiknya.
“Kalau bergabung dengan pemerintahan ya terpaksa saya coret PKS dalam kamus politik saya ya,” jelas Refly Harun.
“Mohon maaf ya kalau berada di dalam pemerintahan, tapi kalau di luar pemerintahan itu menurut saya fatsun politiknya,” sambungnya.
Refly menjelaskan bahwa dalam politik, menjadi oposisi memang tidak nyaman, namun hal tersebut merupakan bagian dari dinamika politik yang harus diterima.
"Fatsun politiknya adalah yang menang memerintah yang kalah beroposisi," katanya.
Ia juga menyoroti fenomena politik di Indonesia di mana partai-partai pragmatis seringkali tidak dihukum oleh rakyat.
Refly Harun mengatakan, “Rakyat Indonesia tidak pernah menghukum partai-partai yang pragmatis, bahkan partai-partai yang idealis berada di luar pemerintahan hanya menjadi partai kecil seperti PKS.”
“ Di sinilah PKS sepertinya galau mereka menjadi oposisi selama hampir 10 tahun pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, tapi tidak kunjung menanggung keuntungan elektoral.” Tambahnya.
Pernyataan Refly Harun ini memperkuat pembicaraan tentang arah koalisi dan posisi partai-partai politik di Indonesia yang seharunya.
Saat inj partai-partai politik di Indonesia enggan untuk menjadi oposisi, memilih untuk bergabung ke pemerintahan demi keuntungan partainya.***