Gelombang panas yang sempat menjadi masalah yang cukup serius terjadi di Asia Tenggara. Hal ini tercermin dari jumlah permintaan listrik dan batu bara untuk mendinginkan ruangan.
Pada April 2024, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa bahwa Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40 derajat celcius yang telah berlangsung dalam beberapa pekan ke belakang.
Dari beberapa negara di ASEAN, Myanmar menjadi negara dengan suhu tertinggi yakni 48,2 derajat celcius pada Minggu (28/4/2024).
Suhu mencapai 48,2 derajat celcius di kota Chauk di wilayah Magway Myanmar terjadi pada hari Minggu, menurut pernyataan dari kantor cuaca negara tersebut, suhu tertinggi yang pernah tercatat di Myanmar pada bulan April sejak pencatatan dimulai 56 tahun lalu.
Pada hari yang sama suhu mencapai 40 derajat celcius di pusat komersial Yangon dan 44 derajat celcius di kota kedua Mandalay, kata kantor cuaca.
Di Filipina, pada 23 April 2024, suhu panas sempat menyentuh angka 47 derajat celcius hingga mengganggu aktivitas manusia. Hingga sekolah pun didorong untuk dialihkan menjadi online.
Kondisi ini akan meningkatkan permintaan batu bara di Asia karena tingginya penggunaan listrik untuk pendingin ruangan.
Hal ini terefleksi dari ekspor batu bara Indonesia yang mengalami lonjakan baik secara nilai maupun volume.
Secara nilai, ekspor batu bara (HS 2701) merangkak naik dari US$2,56 miliar pada Maret 2024 menjadi US$2,6 miliar pada April 2024 atau naik 1,84% month to month/mtm.
India menjadi salah satu negara tujuan utama ekspor batu bara dengan nilai yang paling besar yakni US$659,4 juta pada April 2024.
Lonjakan juga terlihat pada Filipina, Malaysia, dan Vietnam yang merupakan negara tetangga Indonesia dengan suhu yang sempat lebih dari 40 derajat celcius.
Secara bulanan, permintaan batu bara terpantau masing-masing mengalami kenaikan 37%, 22%, dan 43%.
Sedangkan secara volume ekspor pun terpantau mengalami peningkatan dari 33,3 juta ton pada Maret 2024 menjadi 34,28 juta ton pada April 2024.
Filipina, Malaysia, dan Vietnam mengimpor batu bara yang cukup signifikan dari Indonesia dan masing-masing tumbuh sebesar 28%, 22%, dan 40% secara bulanan.
Ekspor batu bara masih dapat dilakukan Indonesia mengingat kondisi gelombang panas terjadi di ASEAN namun berbeda halnya dengan Indonesia yang menurut BMKG justru fenomena panas yang ada di Indonesia bukanlah tergolong gelombang panas/heatwave.
Cuaca panas di Indonesia hanya dipicu faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun.