Megawati meminta Provinsi Bali tidak hanya berfokus kepada urusan pariwisata saja.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, lMegawati Soekarnoputri kembali mengingatkan tentang krisis iklim yang tengah mengancam Dunia, tak terkecuali Indonesia. Dia pun meminta, ke seluruh kepala daerah dari partainya untuk memiliki rencana jangka panjang pembangunan di daerahnya dalam menghadapi krisis lingkungan tersebut.
Salah satunya kepada Gubernur Bali, yang belakangan ini tengah dihadapkan situasi krisis kelangkaan air. Hal itu disampaikan Megawati dalam pidato politiknya di penutupan Rakernas V PDIP di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta, Minggu (26/5).
"Kemarin kapan saya bilang, di Pulau Bali saya paksa pak Gubernurnya melakukan FGD (Focus Group Discussion). Karena apa? Bali ini lama-lama ini udah mulai kekurangan air lho," kata Megawati.
Maka dari itu, Megawati meminta Provinsi Bali tidak hanya berfokus kepada urusan pariwisata saja. Sebab, pemerintah setempat juga harus memikirkan bagaimana keberlangsungan hidup rakyatnya sendiri.
"Boleh (memikirkan sektor pariwisata), tapi kan terukur dengan kecil pulaunya. Ini nggak, ayo diantem beeemm. Lalu rakyatnya nanti kan kasihan, tidak menikmati," tutur Megawati.
Megawati berharap, Bali bisa lebih baik dengan situasi yang kriris dengan diberikan napas agar alamnya tidak tertekan.
“Ini semua pikirannya tourism. Saya bilang, saya bukan anti tourism lho, tapi (lakukan pariwisata) terukur. Karena tourism itu (dilakukan) bagi kehidupan rakyat kita, bukan terbalik,” Megawati menandasi.
Sebelumnya diketahui, belum lama ini Bali baru saja menggelar forum internasional terkait masa depan air dunia dalam world water forum.
Ketua DPP PDIP yang sekaligus menjabat Ketua DPR RI Puan Maharani sempat berpidato meyampaikan pendapatnya soal nasib air dunia yang sedang dilanda krisis.
Menurut Puan, ada empat isu yang dibahas parlemen global terkait permasalahan air, pertama soal akses kepada air dan sanitasi sebagai penentu SDGs (Sustainable Development Goals) atau Target Pembangunan Berkelanjutan, kedua soal praktik inovatif untuk manajemen air yang inklusif, ketiga soal air sebagai inti dari aksi iklim, dan keempat soal diplomasi air dan kerja sama untuk perdamaian.
Menurut Puan, pertemuan ini telah memberikan ruang diskusi dan berbagi pengetahuan antara anggota parlemen dunia dengan pakar, organisasi internasional, dan organisasi masyarakat sipil dari berbagai negara.
Sumber Berita / Artikel Asli : merdeka