Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Ketika Bung Karno Ngamuk Caci Soeharto Opsir Koppig

 

Saat Perdana Menteri Soetan Sjahrir diculik, Presiden Soekarno segera mengeluarkan maklumat untuk sementara mengambil alih pemerintahan dan memerintahkan penangkapan pelaku penculikan, termasuk atasan Letnan Kolonel Soeharto.

Pada waktu itu, Soeharto bertugas di komando wilayah Yogyakarta di bawah kepemimpinan Mayor Jenderal R.P. Soedarsono.

Soedarsono adalah salah satu otak di balik penculikan Sjahrir di Solo sebagai bagian dari manuver kelompok "Persatuan Perjuangan" (PP) yang ingin menggulingkan Kabinet Sjahrir II.

Utusan presiden, Sundjojo, datang ke markas Resimen III Wiyoro yang dipimpin Soeharto dengan perintah untuk menangkap Soedarsono.

Hal ini menimbulkan dilema bagi Soeharto, apalagi karena tidak ada bukti langsung mengenai keterlibatan Soedarsono.

"Sungguh gila gagasan itu, pikir saya, di mana ada seorang bawahan harus menangkap atasannya sendiri secara langsung, apalagi tidak ada bukti secara tertulis," ujar Soeharto dalam buku ‘Peristiwa 3 Juli 1946: Menguak Kudeta Pertama dalam Sejarah Indonesia’.

Soeharto kemudian mengembalikan surat dari Sundjojo melalui Panglima Besar Jenderal Soedirman.

Mendengar penolakan tersebut, Soekarno marah dan menyebut Soeharto sebagai opsir ‘koppig’ atau keras kepala.

Sementara upaya menangkap Soedarsono tidak hanya melalui perintah resmi tetapi juga melalui rumor infiltrasi dari beberapa laskar.

Soeharto merasa perlu menyarankan atasannya untuk berlindung di Markas Resimen III Wiyoro, dengan pengawalan satu peleton pasukan.

Namun, situasi menjadi lebih aneh ketika Soedarsono menyatakan bahwa ia diperintahkan oleh Panglima Soedirman untuk menghadap ke Istana Presiden bersama Soeharto.

Soeharto, yang merasa ada yang tidak beres, memberi tahu Istana tentang situasi sebenarnya dan mempersilakan Soekarno untuk menangkap Soedarsono sendiri.

“Wah, keterlaluan panglima saya ini, dikira saya tidak tahu persoalannya. Saya mau diapusi (dibohongi). Tidak ada jalan lain selain balas ngapusi dia. Malam itu juga saya beri info ke Istana, apa yang sedang terjadi. Saya persilakan (Soekarno) menangkap sendiri Mayjen Soedarsono,” ungkap Soeharto.

Pada tanggal 3 Juli, saat Soedarsono hendak memberikan maklumat, ia justru ditangkap. Peristiwa ini dikenal sebagai "Peristiwa Kudeta 3 Juli '46".

Sementara itu, Sjahrir sudah dibebaskan dan pada 1 Juli, ia datang ke Istana Presiden. Soekarno menyambutnya dengan pelukan erat, sambil berkata:

“Biar dunia internasional tahu, bahwa Republik Indonesia masih mempunyai pemuda. Pemuda yang memiliki tanggung jawab tak hanya di garis depan, namun juga di belakang. Republik masih mempunyai seorang Perdana Menteri”.

Sumber Berita / Artikel Asli : okezone

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved