Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Ikut Investasi di IKN, Intip Gurita Bisnis Sukanto Tanoto

 

Nama Sukanto Tanoto mencuat belakangan ini, sebagai salah satu investor konglomerat yang investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) tahun ini. Meskipun tidak tergabung dalam Konsorsium Nusantara, kelompok usaha milik Sukanto, serta Grup Wings, dan Grup Djarum, akan mulai mengucurkan investasinya tahun ini.
"Pasti mereka pasti masuk, termasuk Sukanto Tanoto. Tahun ini, yang saya dapat laporan tahun ini," kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koodinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahil Lahadalia saat ditemui di kantornya, Jakarta, dikutip Senin (13/5/2024).

Bahlil mengatakan, investor dalam negeri itu memang saat ini tidak tergabung ke dalam Konsorsium Nusantara, meskipun mereka kerap terlibat dalam pembahasan investasi di IKN. Ia pun kembali menekankan bahwa grup-grup itu sejak awal tak masuk daftar Konsorsium Nusantara yang terdiri dari 10 perusahaan.

Sebagai informasi, Konsorsium Nusantara terdiri dsru 10 investor yang dipimpin oleh Agung Sedayu Group. Perusahaan milik Sugianto Kusuma alias Aguan itu berkongsi dengan Salim Group, Sinarmas, Pulauintan, Adaro Group, Barito Pacific, Mulia Group, Astra Group, Kawan Lama Group, dan Alfamart group.

Lantas siapakah Sukanto Tanoto? Ia merupakan konglomerat pemimpin kelompok bisnis Royal Golden Eagle International (RGEI) yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura.

Sukanto saat ini berada peringkat ke-13 orang terkaya Indonesia versi Forbes. Kekayaannya saat ini tercatat sebesar US$ 3,2 miliar atau Rp51,34 triliun.

Asetnya tercatat tersebar hingga ke China. Pada awal tahun ini, perusahaan properti milik konglomerat Sukanto Tanoto, Pacific Eagle Real Estate telah membeli sebuah hotel mewah di Shanghai, China dari pengembang Dalian Wanda Group.

Melansir Forbes, situs real estat Mingtiandi melaporkan bahwa Pacific Eagle bisa membayar sebanyak 1,7 miliar yuan atau sekitar Rp3,7 triliun untuk Wanda Reign on the Bund, sebuah hotel mewah dengan 193 kamar di distrik tepi laut Bund yang bersejarah di Shanghai.

Namun bisnis terbesarnya bukan properti. Tanoto kaya raya berkat industri kertas dan pulp oleh (Asia Pacific Resources International Holding Ltd atau APRIL) dan industri perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri dan Apical). Sukanto Tanoto alias Tan Kang Ho adalah pemain lama dalam bisnis kelapa sawit.

"Pada tahun 1970-an mendahului banyak pihak, Sukanto mulai membudidayakan kelapa sawit melalui perusahaannya Inti Indo Sawit Sejati," tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Long dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016:306).

Sukanto bahkan dianggap Anthoni Salim sebagai orang yang mengajari dirinya tentang kelapa sawit. Anthoni menyebut Sukanto yang seumuran dengannya itu sebagai orang yang pintar. Dia memulai bisnisnya dari nol ketika ayah Anthony, Liem Sioe Liong sudah jadi orang kaya berkat banyak bisnisnya di era 1970-an.

Setelah Liem Sioe Liong terlibat dalam bisnis di Inti Indo Sawit Sejati, langkah Sukanto dalam bisnis kelapa sawit ikut menjadi maju. "Bersama-sama mereka sebuah pabrik penyulingan minyak goreng di Medan dari Lam Soon (Singapura)," tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng.

Sukanto yang disebut Richard Borsuk dan Nancy Chng licin dan agresif ini berasal dari Medan. Leo Suryadinata dalam Prominent Indonesian Chinese Biographical Sketches (2015:305) menyebut dia lahir di Belawan, Sumatera Utara pada tepat hari natal 1949. Pernah SD Tionghoa di Belawan lalu SMA Tionghoa di Medan.

"Pada tahun 1966 ayahnya, yang menjalankan sebuah toko mobil, sakit dan Sukanto harus mengambil alih bisnis keluarga. Namun, ia tidak membatasi bisnisnya hanya pada mobil," tulis Leo Suryadinata. Richard Borsuk dan Nancy Chng menyebut Sukanto kala itu sudah menjadi remaja yang penuh inisiatif ketika menjalankan bisnis ayahnya.

Sejak muda, Sukanto telah terjun ke bisnis kayu lapis. Dia membentuk CV Karya Pelita yang bergerak di bisnis kayu lapis pada tahun 1972 di Medan. Di tahun 1973 perusahaan ini berganti nama menjadi PT Raja Garuda Mas. Nama perusahaan itu lalu menjadi PT Raja Garuda Mas International lalu berubah lagi menjadi Royal Golden Eagle International (RGEI).

Bisnisnya bergerak mencapai Malaysia, Di tahun 1976 ia mendirikan PT Bina Sarana Papan, perusahaan konstruksinya yang bergerak sampai negeri jiran itu. Aset Royal Golden Eagle International lalu mencapai US$15 miliar di beberapa bidang bisnis utamanya yang meliputi: pulp dan kertas, industri agro, pulp kayu terlarut, dan pengembangan sumber daya energi.

Sumber Berita / Artikel Asli : CNBC Indonesia

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved