Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara perihal isu akan hadirnya lagi Selat Muria imbas banjir yang melanda wilayah Demak.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid menegaskan, Selat Muria yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Muria dahulu tidak mungkin terbentuk dalam waktu dekat atau bisa terbentuk kembali melalui proses geologi yang dahsyat, seperti gempa bumi tektonik dengan berkekuatan besar.
"Di daerah pesisir Demak kecepatan land subsidence diperkirakan berkisar 5-11 cm/tahun. Beberapa tempat di daerah pesisir memiliki elevasi yang lebih rendah dibanding muka air laut, sehingga bila terjadi banjir rob akan menjorok jauh masuk ke daratan. Meski terjadi penurunan tanah di daerah Demak dan sekitarnya, Selat Muria bukan berarti akan terbentuk kembali dalam waktu dekat. Banjir saat ini yang lama surut, lebih dipengaruhi oleh iklim yakni curah hujan yang tinggi, adanya kerusakan infrastruktur," tegas Wafid mengutip webiste Kementerian ESDM, Senin (25/3/2024).
Wafid menjelaskan, tanggul dan kondisi lapisan tanah di bawah permukaan yang didominasi lapisan lempung lunak yang cenderung bersifat impermeable sehingga lama meloloskan air.
Selain itu, terjadinya banjir rob juga menyebabkan banjir yang cukup tinggi di daerah pesisir dan akan mengalami genangan yang cukup lama.
"Secara teori, Selat Muria mungkin saja terbentuk kembali, yakni apabila terjadi proses geologi yang dahsyat, misalnya terjadinya gempa bumi tektonik berkekuatan sangat besar yang menyebabkan terjadinya amblasan tiba-tiba (graben) dan mencakup areal yang luas," jelas Wafid.
Menurut Wafid, Graben Land Subsidence atau penurunan tanah tidak cukup sebagai faktor penyebab Selat Muria terbentuk kembali.
Jikapun terjadi akan memerlukan waktu yang sangat lama (skala waktu geologi; ratusan sampai ribuan tahun) dan kecepatan penurunannya harus seragam mulai dari Demak hingga Pati.
Fakta di lapangan berdasarkan penelitian Badan Geologi memperlihatkan terdapat perbedaan kecepatan penurunan tanah, dimana pada daerah pesisir lebih cepat dibanding daratan.
"Beberapa perkiraan faktor dominan kemungkinan akan kembali terbentuknya Selat Muria adalah terjadinya penurunan muka tanah yang besar yang juga disertai kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim serta terganggunya pola aliran sungai karena elevasi daratan lebih rendah dibanding muka air laut," pungkas Wafid.
Sejarah Selat Muria Pemisah Pulau Jawa dan Pulau Muria, Hilang Jadi Daratan
Berikut ini sejarah selat muria wilayah laut yang pernah memisahkan daratan Jawa dengan Gunung Muria.
Selat Muria, wilayah perairan yang kini menjadi bagian daratan Jawa Tengah menyimpan sejarah.
Dahulu, Selat Muria memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria. Gunung Muria adalah sebuah gunung berapi yang terletak di pantai utara.
Namun, pada abad ke-17, perairan ini berubah menjadi daratan yang sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Kudus, Grobogan, Pati, dan Rembang.
Selat Muria Sebagai Jalur Perniagaan
Jalur perdagangan dan transportasi di Selat Muria telah menjadi jantung kehidupan ekonomi dan politik pada masa lalu.
Catatan sejarah China mencatat Pulau Muria kala itu merupakan pusat kegiatan politik dan ekonomi. Terutama saat Kartikeya Singha memimpin Kalingga.
Pulau ini menjadi pusat perhatian, di mana lalu lintas ekonomi dan politik berpusat di sekitar Selat Muria.
Perubahan Alam
Sejarah Selat Muria menyimpan cerita tentang bagaimana sebuah wilayah perairan berubah menjadi daratan yang subur.
Pada abad ke-IX, ketika kerajaan Mataram kuno mulai berkembang, daratan Kudus mulai terbentuk dari proses sedimentasi.
Proses sedimentasi itu terjadi melalui sungai-sungai yang mengalir ke Selat Muria.
Pendangkalan yang terjadi secara bertahap ini, akhirnya mengubah Selat Muria menjadi daratan. Pendangkalan diketahui cepat terjadi rata-rata 30 meter per tahun.
Sejarah Selat Mulia dan Kaitannya dengan Banjir 2024
Banjir bandang yang melanda wilayah Demak hingga Kudus dan Grobogan diyakini memiliki kaitan dengan sejarah Selat Muria.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, selat ini dulunya merupakan jalur perdagangan antara Pulau Muria dan Pulau Jawa.
Namun, endapan fluvial dari sungai-sungai seperti Serang, Tuntang, Juwana, Jragung dan Lusi menyebabkan pendangkalan.
Pendangkalan ini tentu saja menghambat lalu lintas kapal-kapal besar. Pusat perdagangan kemudian dipindahkan ke Jepara.
Sementara itu, pendangkalan semakin memburuk hingga Selat Muria tak lagi dapat dilalui kapal-kapal perdagangan.
Bukti Adanya Selat Muria
Bukti bahwa Selat Muria pernah ada di masa lampau dapat ditemukan melalui penemuan fosil hewan laut di Situs Purbakala Patiayam, Kudus.
Selain itu, keberadaan Selat ini juga memengaruhi kota Demak yang menjadi pusat pelabuhan yang ramai. Di sekitar Selat Muria, terdapat beberapa pelabuhan kecil.
Namun, karena adanya konflik politik, komoditas dari daerah sekitar Selat Muria beralih ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Bekas keberadaan Selat Muria juga terlihat dari Situs Medang di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, di mana ekskavasi menemukan jejak hunian kuno serta temuan seperti fragmen gerabah, keramik, dan perhiasan berbahan emas.
Situs Medang diduga merupakan hunian kuno di sisi selatan Selat Muria. Penemuan fosil hewan laut di Situs Patiayam, Kudus, juga menjadi bukti keberadaan Selat Muria.
Fosil-fosil ini, seperti moluska, ikan hiu, penyu, dan buaya, diperkirakan berumur 800.000 tahun. Selat Muria semakin dangkal setelah abad ke-17, sehingga kapal tidak bisa melintasinya.
Namun, perahu-perahu kecil masih dapat melaluinya dari Demak hingga Juwana saat musim hujan.
Penelitian pada tahun 1996 oleh Lombard menunjukkan bahwa air laut dari Selat Muria masih terperangkap di dataran Jawa dan dikenal sebagai Bledug Kuwu.
Hilangnya Selat Muria dianggap sebagai kemunduran bagi Kerajaan Demak yang pernah berjaya.
Pendangkalan Selat membuat Demak, yang dulunya berada di tepi Selat Muria, berubah menjadi kota yang dikelilingi daratan.
Daerah-daerah yang DisebutTerbentuk Akibat Pendangkalan Selat Muria
Kabupaten Kudus
- Kecamatan Undaan
- Kecamatan Mejobo
- Kecamatan Kaliwungu
- Kecamatan Jekulo
Kabupaten Jepara
1. Kecamatan Mayong
Desa Kuanyar
Desa Paren
2. Kecamatan Nalumsari
Desa Magangan
Desa Blimbingrejo
Desa Dorang
Desa Pringtulis
Desa Tunggulpandean
Desa Gemiring Lor
Dukuh Gemiring Kidul
Dukuh Jatisari
3. Kecamatan Welahan
Desa Karanganyar
Desa Gedangan
Desa Ujungpandan
Desa Teluk Wetan
Desa Kendengsidialit
Desa Sidigede
Desa Kalipucang
Desa Guwosobokerto
4. Kecamatan Donorejo
Desa Clering
Desa Bandungharjo
5.Kecamatan Keling
Desa Bumiharjo