Perusahaan barang konsumen terbesar di dunia Unilever mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 5,9 persen staff atau sekitar 7.500 pekerja secara global mulai Rabu (20/4/2024).
Dalam waktu dekat Unilever juga akan melakukan perombakan dengan memisahkan unit bisnis es krimnya.
Bos baru Unilever Plc, Hein Schumacher tak mengungkap lokasi baru yang akan dijadikan tempat bisnis es krim Unilever. Namun menurut informasi yang dikutip dari Reuters, Unilever kabarnya memindahkan unit bisnisnya ke Rotterdam, Belanda.
Ini karena bisnis es krim berbeda dari bisnis lainnya, sehingga memerlukan rantai pasokan yang beku, musim yang tinggi, dan kebutuhan modal yang tinggi.
Spin-off ini akan segera dimulai dan diharapkan selesai pada akhir tahun 2025. Bos baru Unilever menjelaskan perombakan sengaja digelar untuk membalikkan kinerja perusahaan yang lesu selama bertahun-tahun.
Meski pemisahan membuat bisnis Unilever berkurang menjadi empat divisi yakni kecantikan dan kesejahteraan, perawatan pribadi, perawatan rumah, dan nutrisi.
Dengan cara tersebut setidaknya Unilever bisa menghemat sekitar 800 juta Euro atau sekitar Rp 13,6 triliun selama tiga tahun ke depan.
Langkah ini juga dapat menggenjot pertumbuhan penjualan dan peningkatan margin bisnis es krim yang sebelumnya hanya menyumbang sekitar 16 persen dari penjualan global Unilever.
Baca juga: Terdampak Boikot Anti Israel, Laba Bersih Unilever Indonesia Anjlok 10 Persen
“Menyederhanakan portofolio kami dan mendorong produktivitas yang lebih besar akan memungkinkan kami untuk lebih membuka potensi bisnis ini, mendukung ambisi kami untuk memposisikan Unilever sebagai perusahaan barang konsumen terkemuka di dunia yang memberikan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan peningkatan profitabilitas,” kata Schumacher.
Investor Dukung Rencana PHK
Sebagai informasi sebelum melakukan perombakan selama tahun 2022 volume penjualannya Unilever dilaporkan turun 3,6 persen.
Namun pasca PHK dan perombakan bisnis diungkap Unilever, sejumlah aktivis investor dan anggota dewan dana Nelson Peltz serta pemegang saham Unilever Aviva menyambut baik rencana itu.
Respon positif ini bahkan mengangkat naik saham Unilever lebih dari 3 persen pada perdagangan Bursa Efek London, hingga menjadikannya saham dengan kenaikan tertinggi di FTSE 100.
“(Es krim) merupakan bisnis yang bergejolak dan juga bersifat dilutif dari sudut pandang margin, jadi menurut kami secara strategis hal ini masuk akal,” jelas Richard Saldanha, manajer portofolio di Aviva, pemegang saham terbesar ke-17 Unilever.
“Kabar baik bagi para pemegang saham mengenai divisi es krim karena hal ini telah menjadi hambatan bagi bisnis secara keseluruhan selama beberapa waktu, harga saham akan merespons hal tersebut pagi ini,” ujar Jack Martin, manajer portofolio di Oberon Investments, yang memiliki saham kecil di Unilever .