Direktur SIGI LSI Denny JA Ardian Sopa menilai pemerintah perlu memiliki koalisi partai semi permanen.
Koalisi ini dinilai penting untuk mendukung program pemerintah minimal 20 tahun (2024-2045) tanpa interupsi.
"Kemenangan Prabowo-Gibran di angka 58,58%, tapi kalau dilihat di Koalisi Indonesia Maju yang lolos parlemen ada Golkar, Gerindra, Demokrat, dan PAN. Dari sini kita punya gambaran bahwa peta koalisi sekarang belum sampai 50%, bahkan yang lolos ke Senayan baru 43,8%. Kita tambah misalnya dengan suara 4,25% (suara partai nggak lolos) itu baru 47,43%. Sehingga agar pemerintahan kuat bisa mensukseskan program kemarin, kami menilai perlu dukungan partai tambahan," kata Ardian dalam paparannya, Jumat (22/3/2024).
Menurutnya, koalisi tambahan itu penting mengingat Prabowo-Gibran memiliki empat program utama yang disetujui mayoritas publik.
Program itu adalah pindah ibu kota IKN, program hilirisasi agar Indonesia tidak menjual bahan mentah ke luar tapi bahan yang diolah, ketiga digitalisasi pemerintahan agar kurangi korupsi, dan terakhir makan siang dan susu gratis.
"Kenapa penting? Karena ada program besar yang menjadi daya tarik bagaimana bisa melakukan 4 program sehingga sampai ke masyarakat karena berhubungan dengan apa yang dilakukan," katanya.
"Ini program raksasa yang memang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh karena 5 tahun nanti akan dievaluasi publik. Kalau dilihat dari sisi publik animo program ini tinggi sehingga kalau tidak berhasil akan mempengaruhi performa ke depan," imbuhnya.
Oleh karena itu, Ardian menilai perlunya koalisi partai semi permanen. Dia mengatakan minimal koalisi itu bekerja sama selama 20 tahun.
"Perlu koalisi partai semi permanen, minimal 20 tahun yang pondasinya diletakkan presiden menjabat sekarang dan presiden terpilih sekarang, sehingga kalau ini bisa tercapai tentu harapan semuanya bahwa program raksasa Pak Jokowi dan dilanjutkan Pak Prabowo bukan hanya oleh timses dan sebagainya, tapi juga rakyat Indonesia, terlebih 2045 kita menghadapi Indonesia emas," katanya.
Lalu, bagaimana pendapat publik mengenai 'koalisi partai semi permanen' ini? Berikut hasilnya.
Ketika responden ditanya 'apakah ibu/bapak sangat setuju, cukup setuju, kurang setuju atau tidak setuju sama sekali jika ada koalisi partai semi permanen selama 20 tahun (2024-2045) mengantar Indonesia menjadi negara terbesar ke empat secara ekonomi di dunia?'. Hasilnya adalah:
- Sangat setuju/cukup setuju: 75,8%
- Kurang setuju/tidak setuju: 15,1%
- TT/TJ 9,1%
Adapun survei ini menyasar ke pemilih capres-cawapres tertentu. Pemilih Anies menyatakan 75,9% sangat setuju/cukup setuju, yang menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali 23,5%, dan 0,6% tidak tahu.
Kemudian pemilih Prabowo menyatakan 74,4% sangat setuju/cukup setuju, yang menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali 10,5%, dan 15,1% tidak tahu.
Sedangkan pemilih Ganjar menyatakan 80,7% sangat setuju/cukup setuju, yang menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali 18,7%, dan 0,6% tidak tahu.
Di pemilih partai, paling banyak yang menyatakan setuju adalah Demokrat. Pemilih Demokrat menyatakan setuju adanya koalisi partai semi permanen dengan angka 95,1%.
Berikut rinciannya:
1. PDIP: 77,9% sangat setuju/cukup setuju, 14,0% kurang setuju/tidak setuju sama sekali, 8,1% tidak tahu/tidak jawab
2. Golkar: 70,1% sangat setuju/cukup setuju, 16,0% kurang setuju/tidak setuju sama sekali, 13,9% tidak tahu/tidak jawab
3. Gerindra: 77,8% sangat setuju/cukup setuju, 13,3% kurang setuju/tidak setuju sama sekali, 8,9% tidak tahu/tidak jawab
4. PKB: 81,0% sangat setuju/cukup setuju, 13,1% kurang setuju/tidak setuju sama sekali, 5,9% tidak tahu/tidak jawab
5. NasDem: 79,4% sangat setuju/cukup setuju, 17,5% kurang setuju/tidak setuju sama sekali, 3,1% tidak tahu/tidak jawab
6. PKS: 57,1% sangat setuju/cukup setuju, 31,0% kurang setuju/tidak setuju sama sekali, 11,9% tidak tahu/tidak jawab
7. Demokrat: 95,1% sangat setuju/cukup setuju, 4,5% kurang setuju/tidak setuju sama sekali, 0,4% tidak tahu/tidak jawab
8. PAN: 83,3% sangat setuju/cukup setuju, 6,7% kurang setuju/tidak setuju sama sekali, 10,0% tidak tahu/tidak jawab.
Sumber Berita / Artikel Asli : detik