Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Dikeluarkannya "Deklarasi Salemba" Bertanda Kondisi Berbahaya

 

Sosiolog Musni Umar mengatakan, dikeluarkannya Deklarasi Salemba yang berisi desakan agar pemerintah secara serius melakukan perbaikan dalam kehidupan berbangsa dan negara karena kondisi yang sedang dalam bahaya.

Sementara itu, Guru Besar Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Prof Zulhasril Nasir menjelaskan dikeluarkan Deklarasi Salemba di Fakultas Kedokteran UI merupakan bukti bahwa dalam suasana apapun kampus tidak kehilangan daya dan sikap kritis terhadap perkembangan yang terjadi yang mengusik keadilan dan kepantasan.

”Saya hadir dalam Deklarasi Salemba kemarin itu menangkap aspirasi dan keresahan atas situasi politik dan pemerintahan yang membahayakan dan tidak sedang baik-baik saja,” kata Musni Umar, mantan Rektor Universitas Ibnu Khaldun Bogor itu, Jumat 15 Maret 2024.

Musni menilai, Deklarasi Salemba itu merupakan langkah awal yang menggembirakan apalagi karena dilakukan di Salemba. FK baik halaman dan maupun ruangannya selalu menjadi saksi bagi perubahan penting di tanah air.

“Awal perubahan Orde Baru dilakukan di sini, juga Malari dan Reformasi 1998. Tuah Salemba ini sangat penting bagi perubahan di tanah air. Kita harapkan perubahan 2024 juga diawali di sini,” kata sosiolog kondang itu.

Menjawab pertanyaaan, Deklarasi Salemba terasa kurang militan dibandingkan dengan Deklarasi UGM Bulaksumur yang menolak pemilu curang dan pemakzulan Jokowi, Musni menyatakan bisa jadi seruannya kurang keras tetapi semangatnya sama.

“Bisa dimengerti bila ada orang berpendapat begitu tetap elan penggerak kedua deklarasi itu satu, yaitu protes terhadap tingkah laku politik Jokowi. Mereka ingin adanya perubahan Indonesia menuju kondisi yang lebih baik,” demikian Musni Umar.

Di tempat terpisah, Zulhasril Nasir mengatakan, di samping konsistensi itu, secara sosiologis kita melihat adanya perubahan dari pelaku dan titik tekan gerakan kampus,” kata Zulhasril yang sewaktu mahasiswa juga merupakan aktivis.

“Kalau dulu suara kampus diartikan sebagai suara mahasiswa plus segelintir dosen. Sekarang berubah. Suara mahasiswa ditunggu tapi tidak muncul-muncul. Suara dosen atau guru besar akhirnya muncul belakangan. Karena beban guru besar tampak lebih berat,” sambungnya.

Dia mempertanyakan, beratnya di mana? Tentu, jawabnya, dapat dididik aturan dan saksi bila berkaitan dengan otonomi perguruan tinggi. Jadi, mahasiswa sebenarnya menunggu dosennya berbicara duluan mengingat sanksinya lebih berat.

“Kenapa mahasiswa takut? Sedikit takut sih. Lha wong rektornya saja cuma berani nulis di koran yang bukan persoalan layak untuk dikritisi. Di dalam universitas sendiri banyak bisik-bisik kok UI jadi penakut? Itu terdengar dari mahasiswa, alumni yang di partai dan di organisasi independen atau non partisan,” katanya

Zulhasril Nasir menuturkan suara yang sama juga diperoleh di medsos yang kini lebih mewakili publik Ditambahkan, Satu-dua organ muncul yang bukan atas nama kampus tetapi atas nama kawan se-alumni. Mereka bersuara dan membangun jejaringan di medsos dan itu cukup banyak.

Ditambahkannya, di antara yang muncul banyak akademisi dan guru-besar. “Mungkin kuping sudah merah atau kepala sudah panas melihat keadaan yang tidak lagi dapat disamakan dengan kewarasan atau rasional intelektual,” katanya.

Sekarang ini, kritik Zulhasril, kenaifan terjadi dari hari ke hari di mana kita saksikan, orang melakukannya tanpa malu dan segan seolah semuanya berjalan dengan baik dari wujud berpikir rasional.

Padahal, keluhnya, keadaan dan kondisi sudah sampai pada iklim negarà sedang tidak lagi baik baik saja. Bahkan ada politisi yang kecewa berat melihat konstalasi yang berubah cepat padahal dia dulu pendukung Jokowi. Sekarang dia melihat Jokowi berubah dengan sebutan bahwa dia sudah tidak waras.

“Maka begitulah yang terjadi saat ini. Ada opini pembangunan melalui medsos dan ada yang sifatnya klandestin ( kegiatan secara diam-diam atau dibawah tanah) yang pelan pelan muncul seperti nyatanya hari ini. Opini resmi bertarung sengit dengan yang tidak resmi yang muncul di media sosial,” demikian Zulhasril Nasir.

Sebagaimana diketahui, dipelopori para Gurubesar UI, UNJ, UIN, STF Dwiyakarya, Unersitas Trisati bertempat di FK UI Salemba dikeluarkan Deklarasi Salemba yang isinya memberikan peringatan kritis atas kondisi setelah Pilpres 2024.

Ketua Dewan Gurubesar UI Harkrisnatuti Harkrisnobowo dalam sambutannya menyatakan, tepat sebulan setelah pilpres kita melihat perkembangan yang memprihatinkan karena itu dikeluarkan Deklarasi Salemba. SSC/KBA

Sumber Berita / Artikel Asli : Sumbarsatu

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved