Masyarakat dan sivitas akademika dari berbagai gelombang mengkritik kondisi demokrasi di Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
Jokowi dinilai memperburuk situasi demokrasi di Indonesia. Presiden Jokowi pun diminta kembali ke koridor demokrasi.
Pengamat Politik dan Ahli Hukum Suparman Marzuki mengungkapkan bahwa Presiden RI tengah menghadapi keresahan yang signifikan.
Kritik terhadap Jokowi dianggap dapat merugikan elektabilitas Pasangan Calon Nomor Urut 2, Prabowo-Gibran.
“Presiden Jokowi dengan pasukan dan calonnya memang sedang dilanda keresahan besar akibat pernyataannya sendiri," ujar Suparman dalam sesi live di Instagram timhukum.amin, Jumat (2/2).
Dia menjelaskan bahwa pernyataan Jokowi mengenai pemilihan presiden satu putaran dengan tiga calon pasangan bersaing telah menimbulkan ketidakpuasan.
“Satu putaran, yang kedua khawatir dua putaran, yang ketiga jangan-jangan tak masuk putaran kedua atau yang paling moderat angkanya enggak signifikan,” bebernya.
Prabowo-Gibran dinilai lebih agresif dalam penggelaran dana kampanye dibandingkan calon pasangan lainnya.
"Sudah keluarkan duit (uang) triliunan, sudah turun langsung sang presiden. Justru yang lebih aktif Jokowi ketimbang Prabowo, ketimbang Gibran," ucapnya.
Suparman mencatat bahwa meskipun Jokowi terlibat secara aktif dalam kampanye, dampaknya belum tentu positif karena sering kali menimbulkan penolakan dari masyarakat. (*)