Perkembangan yang terjadi dalam pemilihan presiden (pilpres) RI 2024 mendatang terus diberitakan media asing.
Tak terkecuali, strategi dan kampanye yang digunakan para pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Media The Economist mengulas terkait bagaimana ketiga pasang calon menggunakan TikTok sebagai 'arena pertempuran' kampanyenya.
Bahkan, calon yang terkenal sebelumnya sebagai seseorang yang tegas seperti capres nomor 2, Prabowo Subianto, pun menurut media itu telah beralih menjadi sosok yang berbeda di TikTok.
Efektifitas TikTok pun disebabkan oleh populernya aplikasi media sosial itu di antara generasi muda. Apalagi, saat ini penetrasi ponsel pintar telah mencapai 80% di Indonesia.
"TikTok terbukti menjadi sebuah media yang penting di mana politisi memperebutkan suara generasi muda. Indonesia memiliki jumlah akun TikTok yang lebih banyak dari seluruh negara di dunia kecuali Amerika Serikat," tulis media itu dalam artikel berjudul TikTok is a Key Battleground in Indonesia's Election, Jumat (2/2/2024).
"TikTok juga membuat politik lebih menyenangkan. Dibandingkan X (dulunya Twitter) yang digunakan seseorang dengan kepentingan tertentu, TikTok mengurangi eskalasi pemilu dengan meme," tambah penjelasan dari Rustika Herlambang, ahli media sosial di perusahaan konsultan Indikator.
Dalam penjelasan The Economist, Prabowo menggunakan TikTok dalam mengkampanyekan caranya berjoget yang seringkali dianggap menggemaskan oleh generasi muda.
Cara yang sama juga dilakukan oleh cawapresnya, Gibran Rakabuming Raka, dengan videonya yang paling populer di TikTok telah ditonton 20 juta penonton.
"TikTok telah menyihir para pemilih untuk lebih melihat kepribadian dibandingkan kebijakan. Capres lainnya, Ganjar Pranowo pernah mengeluh anak muda lebih tertarik dengan gimmick dibandingkan kebijakannya," tambah media itu.
"Anies Baswedan, capres lainnya, telah mengungguli Ganjar dalam polling terbaru karena kampanyenya yang menyasar para fans K-pop. Para pendukung barunya pun menamai Anies dengan nama Korea: Park Ahn Nice."
Lebih lanjut, media yang berbasis di London itu dengan tegas mengatakan fenomena ini menjadi kemunduran demokrasi di Indonesia.
Ini terjadi pasca kontroversi putusan Mahkamah Konstitusi yang akhirnya dapat meloloskan cawapres dari Prabowo, Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kontestasi pemilu.
"Menurut studi New York University dan NGO Global Witness, TikTok nyatanya juga memiliki persentase tertinggi dalam iklan politik yang palsu dalam pemilu paruh waktu AS 2022," tulis media itu lagi.
Tak hanya itu, fenomena buzzer media sosial juga turut menjadi katalis buruk bagi demokrasi di Indonesia.
Ini membuat calon yang memiliki sumber daya uang yang banyak akhirnya dapat menguasai media sosial.
"Buzzer biasanya anak muda dengan pendidikan yang baik. Mereka mengoperasikan ratusan akun media sosial palsu," kata akademisi Universitas Diponegoro Wija Wijayanto.