Kenaikan harga beras yang ramai di media sosial dikaitkan dengan aksi Presiden Jokowi yang membagikan bansos beras lebih cepat dari biasanya.
Influencer Ari Prasetyo menulis, kenaikan harga beras terjadi lantaran stoknya berkurang. Penyebabnya adalah program bantuan sosial dirapel pada awal Februari lalu.
"Kemenangan versi hitung cepat calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan presiden 2024 pada 14 Februari lalu dibayar tunai dengan rekor baru harga beras," tulis Ari Prasetyo.
Diketahui, lima hari setelah pemilu harga beras medium di Pasar Induk Beras Cipinang menembus Rp 14.700 ribu per kilogram, naik Rp 2.700 dibanding pada periode yang sama tahun lalu.
Harga beras premium juga naik lebih fantastis, yakni Rp 18 ribu per kilogram, jauh dari target harga eceran tertinggi Rp 14.800 per kilogram.
Seharusnya, menurut Ary, seperti perencanaan tahun lalu, bansos beras reguler dibagikan tiap bulan atau maksimal tiga bulan.
"Pemerintah sudah merencanakan memberikan beras bansos sebanyak 10 kilogram per bulan bagi 22 juta keluarga miskin untuk menghadapi dampak musim paceklik," tambah dia.
Jika pemberian bansos rutin tiap bulan, menurutnya, pemerintah cuma perlu 220 ribu ton beras.
"Namun Presiden Joko Widodo memerintahkan agar bansos beras diberikan sekaligus enam bulan di awal.
Akibatnya, Bulog harus menguras cadangan berasnya sebanyak 1,32 juta ton. Mengeluarkan beras dari gudang sekaligus membuat stoknya kosong. Akibatnya, harga beras melesat," ungkap dia lagi.
Dia pun mengaitkan ini dengan hasrat politik Jokowi untuk memenangkan anaknya sekaligus satu babak dalam Pemilu 2024, dan mengabaikan alarm bahaya kelangkaan beras yang berbunyi sejak tahun lalu.
"Pemerintah sendiri sudah menghitung akan terjadi defisit beras akibat musim panen raya mundur dari Januari menjadi April, bahkan Mei 2024.
Musim kering El Niño membuat musim paceklik lebih lama dibanding masa tanam sebelumnya," tambah dia.
"Pada November 2023, Badan Pusat Statistik menghitung produksi beras pada Januari dan Februari 2024 masing-masing hanya 0,93 juta ton dan 1,32 juta ton. Dengan konsumsi beras penduduk Indonesia sebanyak 2,54 juta ton tiap bulan pada awal 2024 itu, defisit beras sebesar 1,61 juta ton pada Januari dan 1,22 juta ton pada Februari 2024.
Bansos memang efektif mengerek suara bagi Prabowo-Gibran yang mati-matian disokong Jokowi.
Namun dampaknya menjadi sangat serius karena berimbas pada ekonomi secara nasional," tulis Ari Prasetyo.