Beredar sebuah video di jagat media sosial yang menayangkan pengamat militer dan intelijen, Connie Rahakundini Bakrie yang menyebut soal potensi pengkhianatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap capres nomor urut 2, Prabowo Subianto agar memuluskan Gibran Rakabuming Raka menjadi presiden.
Mulanya ia bercerita soal dirinya yang terkejut ketika diminta Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Rosan Roeslani untuk bergabung dalam mendukung pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Pasalnya, Rosan menyebut jika kubu nomor urut 2 menang, Prabowo hanya diberi kesempatan untuk menjabat selama dua tahun.
Dikutip dari akun media X/Twitter, @Jangkaru911, Connie membeberkan kronologi permintaan Rosan beberapa waktu lalu dalam video berdurasi 1.30 detik.
Dalam video, Connie mengaku enggan untuk menerima pinangan Rosan lantaran latar belakangnya sebagai seorang akademisi menuntut dirinya untuk bersikap netral. “Saya mau tanya emang Pak Prabowo ini bakal jadi presiden berapa lama?,” ujar Connie dikutip dari video, Jakarta, Minggu (11/2/2024).
Connie melanjutkan, Rosan kemudian menjelaskan rencana kubu nomor 2 jika berhasil memenangkan Pilpres 2024 ini. Ia mengaku bahwa Prabowo tidak akan menuntaskan tugasnya sebagai kepala negara sesuai dengan yang diatur dalam konstitusi. “Jadi rencananya dua tahun, tiga tahun berikutnya diikuti oleh Gibran,” ungkap Connie.
Mendengar pernyataan tersebut, Connie mengaku sangat terkejut. Ia justru mempertanyakan apakah mungkin Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat menepati perjanjian tersebut melihat jejak politiknya yang justru dianggap menusuk dari belakang PDIP.
“Kalau saya jadi Gibran atau Pak Jokowi, saya matiin (Prabowo) besok. Kalau dia bisa mengkhianati Ibu Megawati Soekarnoputri dengan segala perjuangan yang menjadikan dia ada di istana sampai dua kali, ada jadi gubernur Jakarta, ada jadi wali kota, apa bedanya dia (Jokowi) bisa bunuh Pak Prabowo di tengah jalan?” tutur Connie.
Atas pernyataan Rosan tersebut, Connie semakin meyakini bahwa Menteri Pertahanan tersebut hanya menjadi alat politik Jokowi untuk dapat tetap berkuasa. Oleh karenanya, ia pun juga enggan untuk bergabung dengan kubu nomor 2.
“Makanya statement saya kan jadi kuat, bahwa Pak Prabowo itu digunakan, bahwa Gibran itu memberatkan. Itu kan bahasa-bahasa saya dan saya of course saya bilang sama Pak rosan, saya enggak mungkin ada di sana (TKN),” tuturnya.