Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam memberikan analisis soal kesiapan masing-masing calon presiden (Capres) pada debat terakhir Pilpres 2024.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) bakal menggelar debat Capres terakhir pada akhir pekan ini, Minggu, 4 Februari 2024. Debat akan mempertemukan tiga kandidat Capres, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Ada sejumlah tema yang diusung dalam sesi debat terakhir ini, yaitu kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
“Dari sisi tema, Anies punya track record lebih kuat untuk bicara tentang isu pendidikan dan pembangunan SDM bangsa,” ujar Ahmad dalam keterangan resmi, Jumat, 2 Februari 2024.
Tapi, kata Ahmad, kalau Prabowo dan Ganjar memiliki kesiapan yang lebih optimal, baik terkait materi maupun kesiapan mental dalam berdebat, maka tidak menutup kemungkinan akan ada kuda hitam dalam proses debat kelima ini.
Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina itu menilai debat terakhir ini sangat penting untuk mengonsolidasikan basis dukungan masing-masing Capres-Cawapres di detik-detik terakhir menjelang pencoblosan pada 14 Februari mendatang.
Para pemilih memang sudah menetapkan pilihannya masing-masing. Namun, pukulan terakhir ini dibutuhkan untuk memastikan target masing-masing paslon. “Apakah benar target 02 untuk menang satu putaran bisa diwujudkan? Apakah benar kubu 01 dan 03 bisa tampil kompetitif untuk menahan proses konsolidasi kekuatan 02 dan memaksanya untuk masuk ke permainan yang lebih panjang melalui putaran kedua?” tuturnya.
Ahmad menjelaskan, upaya rekonsolidasi kekuatan di tahap akhir bisa dioptimalkan melalui debat terakhir ini. Terlebih, debat kelima ini akan melibatkan paket komplit Capres-Cawapres untuk maju bersama di atas medan debat.
“Sehingga, publik bisa melihat kualitas kekompakan, kemampuan adu argumen, kapasitas penguasaan materi debat, hingga kemampuan mengelola emosi saat debat berlangsung,” kata dia.
Karena itu, kemampuan paslon dalam menjalani proses debat, termasuk kedisiplinan mereka dalam tidak menciptakan blunder-bulder fatal akan sangat membentuk konsolidasi kekuatan di tahap akhir ini.
Lebih lanjut, dalam debat terakhir ini, Ahmad menilai kubu 01 dan 03 tampaknya masih tetap akan menggunakan strategi yang sama, yakni strategi offensive atau menyerang, untuk mendegradasi kredibilitas kubu 02. “Di sisi lain, kubu 02 tampaknya memang sudah harus menyiapkan mental untuk keroyok lagi oleh kubu 01 dan 03,” ujarnya.
Menghadapi itu, kata Ahmad, kubu 02 tampaknya akan menggunakan pola strategi ganda, di mana Prabowo cenderung menggunakan strategi defensif, tetapi Gibran tergolong berani menggunakan strategi ofensif untuk menghantam lawan debatnya, meskipun kadang dianggap kurang pas oleh standar rival politiknya.
“Jika Prabowo mampu bertarung secara efektif, tidak hanya pasrah diserang seperti yang terjadi di debat ketiga lalu, maka ia berpotensi menciptakan lompatan kecil elektabilitas untuk menggenapi target satu putaran yang ia harapkan,” kata dia.