Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Warga Halmahera Sebut Tambang Nikel Ciptakan Kerusakan Lingkungan, Kemiskinan dan Konflik

 

Masyarakat lingkar tambang nikel di Halmahera menilai keberadaan tambang nikel belum sepenuhnya baik untuk masyarakat yang berada di lingkar tambang. Aktivitas tambang nikel justru dinilai memberikan dampak negatif, seperti ancaman kerusakan lingkungan, kemiskinan dan konflik.

Adlun Fiqri, warga Sagea, Weda Tengah, Halmahera Tengah, mengatakan puluhan tahun tambang nikel beroperasi, setidaknya sudah ribuan hektare hutan habis dibabat, sungai semakin tercemar, laut tak lagi biru, dan nelayan makin sulit menangkap ikan.

“Kondisi itu semakin parah kala ambisi mendorong pengembangan hilirisasi makin gencar dilakukan. Desa kerap banjir, sampah di mana-mana dan masyarakat desa makin miskin,” kata Adlun saat dihubungi Tempo, Senin, 22 Januari 2024.

Menurut Adlun, ada banyak riset yang membuktikan tambang nikel di Halmahera belum sepenuhnya baik untuk masyarakat. Justru yang terjadi sumber pangan dan ekonomi masyarakat desa hilang setelah tambang nikel beroperasi. Selain itu, masyarakat kerap dihadapkan pada konflik sosial antartenaga kerja yang makin sering terjadi.

“Jadi bisa dikatakan kehadiran tambang nikel justru mengancam kehidupan kami. Secara ekonomi menguntungkan sebagian kalangan, tapi secara ekologi mengancam kehidupan bagi generasi mendatang,” ujar Adlun.

Pendapat yang sama disampaikan Sahbudin, warga Buli, Halmahera Timur. Menurutnya, keberadaan aktivitas tambang nikel hanya memperburuk keseimbangan lingkungan di Halmahera. Laut makin tercemar dan nelayan makin sulit melaut. Tak sedikit pula tambang nikel membuat masyarakat lokal dan pendatang berkonflik. “Dengan kata lain nikel ini lebih banyak mudaratnya,”ujar Sahbudin.

Sahbudin mengatakan, selama tambang nikel beroperasi, aktivitasnya justru menimbulkan bencana ekologis. Desa sering terendam lumpur tambang, hutan mangrove hilang, dan sumber pencaharian masyarakat di kebun juga tak lagi ada. “Aktivitasnya bisa dikatakan menciptakan bencana jangka panjang. Dan itu kami yang rasakan,” ungkap Sahbudin.

Sumber Berita / Artikel Asli : tempo

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Onlineindo.TV | All Right Reserved