Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menyoroti debat calon wakil presiden (cawapres) Minggu (21/1) malam. Yang menjadi perhatian Pangi adalah penampilan dari cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming.
"Inilah sebabnya mengapa founding father republik merancang bahwa calon presiden dan wakil presiden harus memiliki usia minimal 40 tahun," kata Pangi dalam keterangannya, Senin (22/1).
"Saya yakin bahwa keputusan tersebut bukanlah sesuatu yang spontan dan tidak punya alasan yang kuat, melainkan hasil dari refleksi yang panjang dan matang," sambungnya.
Saat ini syarat untuk maju calon presiden setidaknya adalah 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah.
Menurut Pangi, debat cawapres semalam menguatkan argumentasi bahwa kematangan dan kedewasaan sangat penting.
"Sikap kekanak-kanakan, tidak bijaksana, suka merendahkan dan mempermalukan orang lain, bicara di luar konteks dan cenderung tidak nyambung serta penampilan penuh gimmick dan gestur yang cenderung mengejek menjadi tontonan paling memalukan sepanjang sejarah debat capres-cawapres di negeri ini," ucapnya.
Dia mengatakan, dalam debat terakhir wakil presiden dengan tema 'Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa' semalam, Gibran tampil agresif dengan menyerang dan merendahkan karakter pribadi calon wakil presiden lainnya.
"Bahkan cenderung mengabaikan substansi dari tema yang diperdebatkan," ucap Pangi.
Dia mengatakan, Jokowi pernah menyoroti kurangnya substansi dan visi dalam debat pemilihan presiden 2024 serta mencela adanya serangan personal.
"Beliau menyatakan bahwa debat perlu diatur dengan lebih baik agar memberikan pendidikan dan edukasi kepada masyarakat. Namun kritikan tajam presiden ini justru dikangkangi oleh anaknya sendiri, ini adalah paradoks yang sangat ironis," ucapnya.
Pangi mengatakan, sepanjang debat Gibran secara membabi buta menyerang, merendahkan dan mengolok-olok karakter personal kandidat lainnya, bahkan berkali-kali meremehkan KPU sebagai penyelenggara debat dengan tidak mematuhi aturan dan tata tertib debat yang berkali-kali diulang oleh moderator.
Penggunaan istilah 'Greenflation' yang dipertanyakan Gibran bukan dengan maksud untuk mendapatkan jawaban melainkan hanya ingin mengolok-olok Mahfud MD sebagai seorang profesor.
"Hal ini dilakukan untuk menciptakan kesan bahwa wakil presiden tersebut tidak cerdas atau tidak memiliki pemahaman dan wawasan yang luas. Jika itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa si penanya punya pengetahuan dan wawasan yang luas, maka itu adalah kekeliruan dan justru sebaliknya si penanya sedang mempertontonkan kualitas rendahan," ucapnya.
"Debat seharusnya fokus pada isi dan substansi daripada sekadar tebakan istilah atau singkatan asing yang cenderung merendahkan marwah debat capres-cawapres itu sendiri," sambungnya.
Lebih jauh, Pangi menilai banyaknya aturan yang dilanggar seperti meninggalkan podium dan penggunaan istilah asing tanpa penjelasan, mengabaikan instruksi dan arahan arahan moderator menimbulkan pertanyaan apakah ada perlakuan khusus terhadap anak seorang presiden.
"Presiden Jokowi menegaskan bahwa serangan personal tidak boleh terjadi, namun hal ini justru dilakukan oleh anaknya sendiri yang menggunakan kata-kata merendahkan. Kita harus mengembalikan kembali etika yang hilang dalam forum debat yang semestinya lebih bermartabat," pungkasnya.