Pernyataan Penutup Lengkap Cak Imin di Debat Cawapres
Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyampaikan pernyataan penutup di Debat Pilpres keempat yang digelar di JCC, Jakarta, Minggu (21/1) malam.
Cak Imin menekankan soal keharusan akan pembangunan berkelanjutan. Baginya, pembangunan berkelanjutan terjadi ketika tak ada satu pihak rentan yang ditinggalkan seperti petani, peternak, nelayan, masyarakat adat dan seluruh kelompok rentan lainnya.
Selain itu, Cak Imin turut menyinggung taubat ekologis yang sempat disinggung oleh Paus Fransiskus. Menurut Cak Imin, etika, pembanguan dan lingkungan jangan dilakukan ugal-ugalan.
Berikut pernyataan lengkap penutup Cak Imin di debat keempat Pilpres:
Inti dari pembangunan berkelanjutan adalah tidak ada satupun yang ditinggalkan. Dari petani, peternak, nelayan, masyarakat adat dan seluruh kelompok-kelompok rentan lainnya.
Pembangunan berkelanjutan jangan diabaikan, malah ngurusi kekuasaan yang berkelanjutan. Oleh karena itu kita harus ingat bahwa Quran menyatakan ẓaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri bimā kasabat aidin-nāsi, telah nyata kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia.
Bahkan, Paus Franciscus juga mengingatkan kepada kita semua. Posisi yang agak rawan masa depan kita, kita harus melakukan taubat ekologis. Taubat itu dimulai dari etika. Sekali lagi, etika. Etika lingkungan dan etika pembangunan. Jangan ugal-ugalan. Jangan ngangkangi aturan. Jangan sembrono ojo sakarepmu dewe.
Saudara-saudara sekalian, Insya Allah kalau AMIN mendapatkan mandat, kita akan sungguh-sungguh. Yang pertama, kita akan anggaran untuk mengatasi krisis iklim. Kita tingkatkan secara signifikan, termasuk riset sekaligus implementasi energi baru dan terbarukan.
Kita sahkan RUU Masyarakat Adat secepat-cepatnya. Dana subsidi atau dana untuk masyarakat desa kita tingkatkan Rp5 miliar per tahun agar warga desa dapat menikmati pembangunan.
Yang selanjutnya kita juga akan teruskan subsidi BBM untuk masyarakat miskin, petani, nelayan miskin, dan kelompok rentan lainnya.
Transportasi publik menggunakan energi listrik juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polusi dengan cara pembangunan kota. Reforma agraria harus dieksekusi untuk memangkas ketimpangan. Saatnya kita berubah, saatnya kita pilih perubahan.
Pidato Penutup Gibran: Masalah Zaman Now Pakai Solusi Zaman Now
Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut masalah terkini atau zaman now perlu diselesaikan dengan solusi terbaru pula.
Hal itu disampaikan Gibran dalam sesi penyampaian pidato penutup di sesi debat cawapres di Jakarta, Minggu (21/1).
"Dampak iklim semakin nyata, sudah di depan mata. Semua masalah ini tantangan zaman now, solusinya [harus] zaman now," kata Gibran.
Gibran menggembar-gemborkan hilirisasi dalam sederet program kerja yang diusung pasangan Prabowo-Gibran. Menurutnya, langkah tersebut dapat menyelesaikan masalah pelik di Indonesia.
"Saya tidak akan pernah bosan membahas hilirisasi. Dengan hilirisasi kita akan keluar dari middle income trap, meningkatkan nilai tambah dalam negeri, membuka lapangan kerja seluas-luasnya, dan memikirkan juga aspek lingkungan berkelanjutan," ujarnya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat kandidat Pilpres 2024 yang keempat di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu malam (21/1).
Pernyataan Penutup Mahfud MD di Debat Cawapres
Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD menyampaikan pernyataan penutup dalam debat cawapres yang digelar di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu (21/1) malam.
Dalam pernyataannya, Mahfud menyinggung fenomena kerusakan di darat dan laut imbas perbuatan tangan manusia. Ia juga sempat menyanyikan sepenggal lirik lagu Ebiet G Ade berjudul Berita Kepada Kawan.
Berikut pernyataan lengkap Mahfud MD:
Tadi saya bilang bahwa masalah yang kita perdebatkan ini sangat penting untuk masa depan bangsa.
Masalah utamanya adalah pedang hukum kita itu tumpul, kalau pedang hukum tidak tumpul kita pasti bisa tabrak habis-habisan, program pembangunan akan berjalan dengan baik.
Mas Ganjar dan saya minta maaf kepada para ibu dan anak cucu, yang telah ikut terlibat, atau tanpa bisa berbuat apa-apa ketika terjadi kerusakan alam yang ibu dan para cucu itu huni.
Saya teringat tadi ketika membaca Żaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri, telah terjadi kerusakan di daratan dan di lautan.
Terkait ini saya teringat lagu Ebiet G Ade yang berbunyi begini.
Barangkali di sana ada jawabnya, kenapa di desaku terjadi bencana, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga akan dosa-dosa. Itu bukti kerusakan lingkungan, pesan kepada kawan
Saudara, kami berjanji bahwa kami akan kembalikan secara bertahap hak rakyat dan untuk ibu-ibu dan para anak cucu.
Kita akan tagih dunia internasional untuk membayar hutang-hutang yang telah merusak pembangunan.
Sebagai santri NU, saya ingin mengutip dalil Gus Dur: tugas pemerintah terhadap rakyatnya adalah kesejahteraannya.